BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani
yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang
dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin
ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan
bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa
depan.
Ujian
(Akhir) Nasional UN selama ini diperlakukan semacam upacara ritual tahunan
tanpa memberikan pengaruh berarti terhadap upaya dan pengelola serta
pelaksanaan pendidikan pada tingkat sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan. Meskipun praktik ujian akhir dapat digunakan untuk
memenuhi kualitas pendidikan namun pada umumnya sering bertentangan dengan
kenyataan.. Sebagaimana diketahui bahwa realitas pendidikan di Tanah Air sangat
beragam, baik itu sarana-prasarana pendidikan, sumber daya guru, dan school
leadership. Kualitas pendidikan yang begitu lebar sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan pengelola
pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah semakin menguatkan tuduhan
masyarakat selama ini bahwa penggunaan instrumen UN untuk menentukan kelulusan
(sertifikasi) dan seleksi berpotensi melanggar keadilan dalam tes. (www.kompas.com).
Aktivitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi,
tetapi juga terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang
tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang menyebabkan perbedaan tingkah
laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa
tidak dapat belajar sebagai mana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan
belajar.
Masalah-masalah pendidikan secara terinci
yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah,
mereka kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para
guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses
menjalani program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa
keraguan memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok.
Pada tahun-tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi
kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih
tempat bimbingan tes yang memadai. ( Abu Ahmadi, 1991: 107-108).
Tingginya
minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol
ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di
sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa
untuk mengembalikan kepercayaan.
Pengamat
pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan
mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orangtua siswa yang
mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak
percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih
berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan
antara lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa
semakin tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak
sekolah tidak dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar
kebanyakan justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya
justru relatif baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu
adalah simbol ketidak percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti
bimbingan belajar agar tetap dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang
diberikan bimbingan belajar dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus
bisa mengoreksi cara pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi
layanan pendidikan yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal.
Sekolah-sekolah favorit banyak berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan
dan membebankan hal itu kepada orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa
memberikan pelayanan pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan
belajar dengan jeli memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa
apa yang tidak bisa diberikan kepada sekolah.
Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat
Klinik Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam
soal proses pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi
informasi telah lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah
formal. ( www.primagama.co.id)
Berbagai cara ditempuh pengelola LBB
(Lembaga Bimbingan Belajar) untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa
kelulusan siswa SD, SMP dan SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai
dari menyebar brosur yang memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada
sekolah favorit, memberi jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di
program studi tertentu, hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di
kepanitiaan SPMB.
Masuk LBB para pelajar biasa menyebut
bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an.
Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan belajar Siky Mulyono mulai
dikenal karena begitu agresif memperkenalkan lembaganya sebagai tempat
bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta kursus masuk ke sekolah favorit,
promosi yang dilakukan memang luar biasa. Pengelola bisnis kursus pelajaran
sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu ini. Mulai dari tidak pede
(percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran disekolah.
Benarkah peran LBB begitu besar dalam
mengasah kemampuan anak terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit,
bagaimana dengan janji peserta pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor
tertentu saat try oud.
Prof Dr Soesmalijah Soewondo berkata,
bohong jika mereka sampai memberikan jaminan semacam itu. Prof Toemin secara
tegas juga menyatakan tidak setuju dengan iming-iming seperti itu. Saya tidak
percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun setahun penuh akan
meningkatkan kemampuan siswa sehingga sukses mengerjakan soal ujian masuk
sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan terasah dengan cara drill, baik
itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu (biasanya unggulan) maupun di
LBB.
Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak
lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang
tua merasa tidak puas terhadap kemampuan
yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah dengan bimbingan
belajar prestasi siswa akan lebih baik? Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya
dibutuhkan oleh mereka yang malas belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa
dengan cara instant karena dengan belajar secara instans tak akan bisa memahami
ilmunya, karena pemahaman itu terjadi lewat proses pembelajaran secara terus
menerus.(www.kompas.com).
Dengan latar belakang bahwa dengan adanya
penetapan nilai minimal kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh pemerintah,
dengan demikian para orang tua serta siswa merasa perlu menambah jam belajar di
luar jam belajar di sekolah formal.
Dari
latar belakang diatas, masalah bimbingan belajar terhadap prestasi siswa yang
terjadi diluar sekolah, masih perlu diteliti. Dengan demikian penulis ingin
meneliti Apakah bimbingan belajar
tersebut bisa meningkatkan prestasi siswa disekolah atau tidak. Dengan demikian
penulis berminat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bimbingan
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta”.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
- Adakah Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi siswa di Sekolah?
- Seberapa Besar Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di Sekolah
C. TUJUAN
PENELITIAN
Dari rumusan permasalahan yang ada
diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui adakah pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta
- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bimbingan Belajar terhadap prestasi siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
D. MANFAAT
PENELITIAN
- Peneliti dapat mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa
- Penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya khasanah ilmu pengetahuan, disamping sebagai pengalaman yang dapat berguna sebagai bekal apabila ingin berkecimpung didalam lingkungan penelitian
- Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi kita guna meningkatkan prestasi belajar anak.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. TELAAH
PUSTAKA
Sebelum
adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yang membahas tentang Prestasi Belajar Siswa
di sekolah.
Penelitian pertama dilakukan oleh
Nur’ Ainun Siregar, mahasiswa S1 jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia pada tahun 2006 dengan Judul Pengaruh
Pemanfaatan Internet Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Dalam penelitian ini Nur’ Ainun Siregar menghasilkan terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara pemanfaatan internet terhadap
prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan r
hitung > r table. Angka koefisien korelasi yang ditemukan r
hitung > r tabel (0,267 > 0,126), f hitung > f tabel (19,110 >
3,84) pada taraf signifikan 5% dan koefisien determinan (R2) sebesar
0,072% dan sisanya merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak
diperhitungkan dalam penelitian. Dalam hal ini semakin tinggi tingkat
pemanfaatan internet, maka hasil prestasi belajar siswa juga semakin tinggi
(baik).
Penelitian lain dilakukan oleh
Minhatul Izzah, mahasiswa S1 Jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia pada tahun 2004 dengan judul Pengaruh Prestasi
Belajar Terhadap Percaya Diri Siswa di MTs N Sleman Yogyakarta. Dalam
penelitian ini Minhatul Izzah menghasilkan terdapat korelasi positif antara
prestasi belajar terhadap percaya diri siswa di MTs N Sleman Yogyakarta. Dengan
harga korelasi product momentnya 0,791 dan dengan harga koefisien deterninannya
(R2) = 0,631 yang artinya apabila di
prosentase sebesar 63,1 % jadi antara pengaruh prestasi belajar dengan rasa
percaya diri siswa adalah sangat berpengaruh dengan nilai “cukup”. Sedangkan
selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian
lain yang di lakukan oleh Dyah Rahmah Sukmasari, mahasiswa S1 Jurusan Tarbiyah
Fakulatas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia pada tahun 2005 dengan
judul Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs
Muhammadiyah Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dalam
penelitian ini Dyah Rahmah Sukmasari menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
antara rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa. Dari perhitungan
antara kedua variabel memperoleh angka korelasi sebesar 0,650 yang kemudian
dikonsultasikan dengan signifikasi 5% sebesar 0,291. berdasarkan hasil korelasi
yang diinterprestasikan pengaruh rasa percaya diri terhadap prestasi belajar
merupakan kategori cukup baik.
Berdasarkan beberapa penelitian di
atas, dapat disimpulkan bahwa dari ketiga penelitian diatas yang membahas
mengenai pemanfaaan internet dan percaya diri siswa terhadap prestasi belajar
siswa di sekolah. Sedangkan penulis disini permasalahannya mengenai pengaruh
bimbingan belajar terhadap prestasi belajar disekolah, sehingga terdapat
perbedaan antara judul skripsi dan tempat penelitian penulis sekarang dengan
penulis terdahulu. Meskipun nantinya terdapat kesamaan yang berupa kutipan atau
pendapat-pendapat yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa, dan penelitian
ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
B. LANDASAN
TEORI
- Bimbingan Belajar
a.
Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut
Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989, pendidikan dilaksanakan
dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing
memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan
mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya
menjadi orang baik. Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai
suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan
ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan
bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. ( Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005: 233)
Menurut
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82) Bimbingan dapat diartikan sebagai
upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
perkembangannya yang lebih optimal.
Menurut
Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
Menurut
Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (2002: 20) Bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Maka
dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut:
- Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan.
- Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis antara pembimbing dengan kliennya.
- Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua
- Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Fungsi
utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan
sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan
juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga
administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:
- Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
- Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.
- Kuratif : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah.
- Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 117).
Menurut
Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar adalah konsep belajar yang
menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku yang menunjukkan kepada
suatu proses perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
Menurut
Slameto, (2003: 2). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 141). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Menurut
Thursan Hakim, (2000: 1). Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
kemampuan.
Menurut
Nasution, (1982: 38). Belajar adalah perubahan pengetahuan. Ungkapan diatas cenderung menyatukan hasil dari
aktivitas belajar sehingga orang yang belajar mengalami perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak pengalaman menjadi
berpengalaman dan lain sebagainya. Si anak didik itu berubah dan berkembang
karena pengaruh-pengaruh yang didapatkan oleh apa yang dilihatnya, apa yang
didengar dan apa yang diajarkan oleh para guru kepada para anak didik sepanjang
masa-masa belajar disekolah. Pada kenyataannya batasan inilah yang paling
banyak dianut disekolah, dimana guru berusaha memberikan pengaruh ilmu sebanyak
mungkin dan siswa giat mengumpulkannya.
Sehingga kecenderungan keberhasilan belajar maka lebih ditekankan pada
nilai-nilai (angka) dari hasil evaluasi dengan nilai tertinggi semata.
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Belajar
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu secara sadar untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
- Belajar
sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.
- Hasil dari belajar itu ditandai
dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku yaitu aspek kebiasaan,
pengalaman dan sikap.
- Belajar
itu merupakan bentuk pengalaman.
Dengan
demikian bimbingan belajar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
dari guru atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan
belajar, yang mungkin muncul selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Optimal dalam kontek belajar dapat
dimaknai sebagai siswa yang efektif, produktif dan prestatif. (www.sd-binatalenta.com)
Menurut
Abu Ahmadi, (1991: 111). Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian
bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu atau peserta didik dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar.
Adapun prifat atau bimbingan individu menunjukkan usaha-usaha yang sistematis
dan berencana membantu peserta didik secara perorangan agar dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan belajar kelompok merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu materi
dalam pelajaran yang sedang dihadapinya.
Masalah
belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar
merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru
dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui
kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan
belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang
diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan.
Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa
gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi
belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang
kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah.
Setiap
gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan
masalah belajar. Misalnya prestasi
belajar rendah dapat melatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan
motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan kesehatan,
kekusutan psikis, kekurangan sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang
mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, materi pelajaran yang terlalu
sulit, kondisi sekolah yang kurang baik dsb. Untuk setiap jenis masalah banyak
sekali faktor yang melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat
dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatarbelakangi oleh
faktor yang berbeda.
Keseluruhan
faktor yang melatarbelakangi masalah belajar ini, dapat dikembalikan kepada
faktor internal yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal
dari luar siswa. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti
kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap,
perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor
eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta
masyarakat sekitar. Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh terhadap
perkembangan belajar siswa, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif.
Kekuatan pengaruh setiap faktor bagi setiap individu tidak selalu sama. (Nana
Syaodih Sukmadinata: 2005: 240)
Fenomena
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas
dua macam, yakni:
1)
Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan
yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang
mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a)
Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain
seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b)
Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap.
c)
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain
seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan
telingga).
2)
Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor lingkungan ini meliputi:
a)
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
b)
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
c)
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Selain
faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan
kesulitan belajar yang terdiri atas:
1)
Disleksia yakni ketidakmampuan belajar membaca
2)
Disgrafia yakni ketidakmampuan belajar menulis
3)
Diskalkulia yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun
demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki
potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom
tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak ( Muhibbin
Syah, 2003: 183)
Supaya
belajar bisa berjalan secara lebih optimal maka harus memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai
berikut:
1)
Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2)
Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan
pada situasi problematik.
3)
Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada
belajar dengan hafalan.
4)
Belajar merupakan proses yang kontinu
5)
Belajar memerlukan kemampuan yang kuat.
6)
Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
7)
Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada
belajar secara terbagi-bagi.
8)
Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9)
Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dengan
murid.
10) Belajar
memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. (Trursan
Hakim, 2000: 2-10).
a. 1. Tahapan-tahapan dalam Belajar
Para guru mengetahui bahwa
diperlukannya suatu periode waktu tertentu bagi anak untuk secara penuh
memahami suatu konsep yang telah diajarkan. Biasanya anak tidak secara penuh
memahami suatu konsep pada saat pertama kali diajarkan. Fenomena ini lebih
banyak terjadi pada anak berkesulitan belajar daripada anak yang tidak
berkesulitan belajar. Oleh kerena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran,
guru perlu menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar. Ada empat tahapan
belajar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)
Perolehan : pada tahapan ini anak telah terbuka
terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih
memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru untuk menggunakan pengetahuan
tersebut. Contoh; kepada anak diperlihatkan tabel perkalian lima dan konsepnya
dijelaskan sehingga ia mulai memahaminya.
2)
Kecakapan: pada tahap ini anak mulai memahami
pengetahuan atau keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihannya.
Contoh; setelah anak memahami tabel dan konsep perkalian lima, ia diberi banyak
latihan dalam bentuk menghafal atau menulis, dan diberi macam-macam ulangan
penguatan.
3)
Pemeliharaan: anak dapat memelihara atau mempertahankan
suatu kinerja taraf tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan
dihilangkan. Contoh; anak dapat menggunakan perkalian lima secara cepat tanpa
memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru.
4)
Generalisasi: pada tahap ini anak telah memiliki dan
menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga ia dapat
menerapkannya ide dalam berbagai situasi. Contoh; anak dapat menerapkan tabel
perkalian lima dalam memecahkan berbagai soal metematika. (Mulyono Abdurrahman,
2003: 90).
a.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1)
Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a)
Aspek Fisiologis yakni kondisi umum jasmani yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing kepala berat misalnya, maka
dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan tonus jasmani
agar tetap bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.
Hal ini penting karena kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan
menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental
siswa itu sendiri.
b)
Aspek Psikologis yang meliputi:
(1)
Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya.
(2)
Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif.
(3)
Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi,
karena itu seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior)
atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented
child, yakni anak berbakat.
(4)
Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak
termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
(5)
Motivasi siswa ialah keadaan internal organisme baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini
motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
2)
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu:
(1)
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa
disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik
dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar siswa.
Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi
masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur,
akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa tersebut
akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam
alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
(2)
Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor
lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan siswa.
3)
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Dapat
dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam
hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. (Muhibbin Syah,
2003: 144-155).
b. Fungsi
Bimbingan Belajar
1)
Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.
2)
Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya
sehingga belajar dapat berkembang secara optimal
3) Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan belajar.
4) Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu
proses belajar siswa
5) Upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan prestasi belajar siswa. (www.sd-binatalenta.com).
c.
Tujuan Bimbingan Belajar
1)
Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu
murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar,
sehingga setiap murid dapat belajar secara efisien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Dengan rincian sebagai
berikut:
a)
Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif
bagi seorang anak atau kelompok anak.
b)
Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan
menggunakan buku pelajaran.
c)
Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang
memanfaatkan perpustakaan.
d)
Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam
ulangan dan ujian.
e)
Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f)
Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang
studi tertentu.
g)
Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya.
h)
Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan
pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir di masa depan.
2)
Secara khusus adalah:
a)
Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengalahkan
dan mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b)
Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c)
Mengembangkan suasana yang kondusif.
d)
Memahami lingkungan pendidikan.
Dalam
bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa melakukan penyesuaian yang baik
dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat,
dan kemampuan yang ada padanya. Berdasarkan atas tujuan bimbingan belajar
diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah untuk membentuk murid-murid
yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar
yang dihadapinya. ( Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004:111)
d.
Manfaat Bimbingan Belajar
Bimbingan
belajar merupakan bagian terpenting bagi peserta didik, mengingat pada saat ini
peserta didik dituntut untuk bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa
diharapkan mengikuti bimbingan belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan
di masa depan. Selain itu, manfaat dari bimbingan belajar adalah dapat membuat
siswa semakin kreatif pada kegiatan belajar mengajar, dan dapat meningkatkan
prestasi pada sekolahnya. Maka sangat penting bagi peserta didik untuk
mengikuti bimbingan belajar, agar mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman
pada saat ini.
Manfaat
Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman,
terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi
kemungkinan kesulitan belajar. ( www.sd-binatalenta.com).
e.
Teknik-teknik Bimbingan belajar
Hampir
semua bentuk teknik bimbingan yang bersifat informatif dan adjustif dapat
digunakan dalam bimbingan belajar, hanya isinya saja difokuskan kepada
kesulitan belajar dan kesulitan pelajaran.
Keseluruhan
teknik bimbingan belajar dibedakan antara teknik bimbingan kelompok dan
bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang diberikan
kepada individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang
bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik
atau penyembuhan. Beberapa teknik bimbingan individual yang bersifat informatif
adalah ceramah/penjelasan, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan
tertulis, penyampaian informasi melalui media elektronik dll yang diberikan
secara individual.
Bimbingan
kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat
informatif dan terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan
kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan individual
tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat
kelompok, penggunaan media tulis dan media elektronik secara berkelompok.
Bimbingan kelompok yang bersifat adjustif adalah bantuan kepada individu dalam
membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai
kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian kelompok,
kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan kelompok dsb. Bimbingan
kelompok yang bersifat terapeutik adalah psikodrama, konseling kelompok dan
psikoterapi kelompok.
Teknik-teknik
bimbingan yang bersifat informatif dapat diberikan oleh guru-guru. Bimbingan
adjustif dapat diberikan oleh konselor atau guru-guru senior yang telah mendapatkan
penataran tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik dalam membantu
klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan dapat dikerjakan oleh
konselor, sedang yang sudah berat seperti gangguan yang sudah termasuk
neurosis, psikopath dan psikosis hanya bisa diberikan oleh psikolog dan
psikiater yang telah berpengalaman. Kecuali bimbingan yang bersifat terapeutis,
semua jenis teknik bimbingan lainnya dapat digunakan dalam memberikan bimbingan
belajar, untuk mengatasi masalah yang sederhana dapat dilaksanakan sendiri oleh
guru, sedangkan untuk mengatasi masalah yang agak berat diperlukan kerjasama
dengan konselor. (Nana Syaodih, 2005: 243-244)
f. Peran Guru dalam Bimbingan Belajar
Perkembangan
ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang
berlangsung dengan cepat dan dewasa ini, peranan guru telah meningkat dari
sebagai pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih
meningkat terus, yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang
pengajaran (designer of instruction), pengelola pengajaran (manager
of instruction), evaluator of student learning, motivator belajar,
dan sebagai pembimbing.
Guru
sebagai designer of instruction atau perancang pengajaran dituntut
memiliki kemampuan untuk merencanakan (merancang) kegiatan belajar mengajar
secara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan
yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar sebagai suatu bahan dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru
sebagai manajer of instruction (pengelola pengajaran), dituntut untuk
memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan
menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat
belajar dengan efektif dan efisien.
Sedangkan
guru dengan fungsinya sebagai evaluator of student learning, dituntut
untuk secara terus menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah
dicapai murid-muridnya dari waktu kewaktu.
Informasi
yang diperoleh melalui cara ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan
belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk
menyempurnakan serta meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh
hasil belajar yang optimal.
Guru
sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat
pribadi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan
pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenal dan memahami
murid-muridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil yang
optimal.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pembimbing sekaligus berperan
sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam
belajar mengajar diharap mampu untuk:
1)
Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam
proses belajar.
2)
Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadi yang dihadapi.
3)
Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang
dilakukannya.
4)
Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid
dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadi.
5)
Mengenal dan memahami setiap murid, baik secara
individual maupun secara kelompok. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004:
115-117)
g.
Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar
Tugas
guru disekolah banyak sekali, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang
sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan rencana
tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan
hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Didalam pelaksanaan pengajaran tugas
guru bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan
belajar kepada siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain.
Maka yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru
agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam
memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip:
1)
Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua
siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru,
sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang
dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa kurang.
2)
Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus
berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang
melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah atau kesulitan mempunyai
latarbelakang tertentu yang berbeda dengan masalah lain atau pada siswa yang
lainnya.
3)
Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya
disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya,
bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan
masalah.
4)
Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang
bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan
masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat,
maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik
bimbingan yang bervariasi.
5)
Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru
bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung
jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif
dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam
membantu mengatasi kesulitan siswa.
6)
Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah.
Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya,
orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi
tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua
dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian
antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah
maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7)
Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar
di kelas, di laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi)
baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat
pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat
diskusi kelas, praktikum dll. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam
pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari,
disekolah ataupun di rumah. (Nana Syaodih, 2005: 241-243).
Untuk
mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, maka perlu diberikan bimbingan
belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya digunakan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik bimbingan yang biasa dipakai dalam bimbingan dan konseling.
Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan konseling. Banyak masalah belajar
yang dihadapi oleh para siswa disekolah, seperti: prestasi belajar rendah,
motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dan lain-lain. Masalah-masalah
tersebut dapat dilatar belakangi oleh faktor internal maupun eksternal. Maka
untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai jenis
bimbingan belajar.
Bimbingan
belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data, pemberian informasi,
konseling, bimbingan kelompok serta upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan
belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan pengembangan dalam rangka
mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa. (Nana
Syaodih, 2005: 247-248).
Banyak
sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa disekolah. Masalah
pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan dan hambatan-hambatan dalam
penyesuaian tugas-tugas kurikulum dan perkembangan belajar. Masalah belajar
merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan
kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan
dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini
siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan
belajar siswa selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
Adakalanya mereka mengahadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau
hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah,
seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar,
belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik
terhadap pelajaran, guru maupun sekolah.
Profil
siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti
bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
1. Profil siswa
Siswa
yang mengikuti bimbingan belajar
|
Siswa
yang tidak mengikuti bimbingan belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Slameto, 2003:54)
- Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan,
dikerjakan, diusahakan dan sebagainya (Badudu dan Zain, 2001: 1088). Hasil ini
dapat dinyatakan dengan kuantitatif dan kualitatif. Hasil kuantitatif adalah
hasil yang dinyatakan dengan angka. Sedangkan hasil kualitatif adalah hasil
yang dinyatakan dengan kata-kata, seperti baik, cukup, sedang, kurang, dan
lain-lain.
Menurut Winkel (1984: 21). Prestasi adalah
bukti usaha yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990: 21)
Prestasi adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan
latihan.
Sedangkan yang dimaksud dengan berprestasi
adalah apabila anak mencapai hasil yang maksimal dari apa yang telah dilakukan
sebelumnya. Apabila kita hubungkan dengan kegiatan belajar anak dengan
pengertian tersebut diatas, maka prestasi merupakan kecakapan khusus dan nyata
yang dicapai secara maksimal sebagai hasil yang dicapai dari belajar.
Sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh siswa telah menguasai bahan materi yang telah diberikan, adalah salah
satunya lewat penilaian hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk raport,
dengan raport tersebut maka akan bisa diketahui tentang prestasi belajar yang
diraih oleh siswa.
Masalah prestasi belajar merupakan masalah
yang komplek, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor itu dapat berasal
dari anak itu sendiri (internal), misalnya bagaimana intelegensinya, minat,
bakat dan sebagainya. Maupun yang berasal dari luar diri anak (eksternal) yaitu
faktor yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu. Setiap
kegiatan sudah barang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya tentunya
faktor-faktor tersebut ada yang bersifat mendorong dan menghambat.
Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid sebagai hasil
belajarnya baik berupa angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil
belajar yang dicapai masing-masing anak dalam perilaku tertentu. (M. Buchori,
1983: 24).
Menurut
Anas Sudjiono (1986: 30). Prestasi belajar adalah merupakan tolak ukur
keberhasilan dari hasil aktivitas belajar yang telah dilakukan, meskipun
anggapan ini masih perlu dipertanyakan. Karena aktivitas belajar tidak dapat
dinilai dalam ranah kognitif, namun pada kenyataannya nilai (angka) yang diraih
sebagai simbol untuk mengukur sudah menjadi kesepakatan bersama dalam dunia
pendidikan yang ada.
Menurut
Hadari Nawawi (1981: 100) prestasi belajar diartikan sebagai keberhasilan murid
dalam mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah mata pelajaran tertentu. Dengan mengutip
pendapat Gagne yang mengungkapkan bahwa
prestasi belajar (educational echievement) terwujud berkat adanya
perubahan dalam kecakapan, tingkah laku,
ataupun pematangan yang dapat bertahan lama, beberapa waktu dan yang tidak
disebabkan oleh proses pertumbuhan tetapi oleh adanya suatu situasi proses
belajar. Perwujudanya berupa perbuatan variabel-variabel maupun tulisan,
keterampilan, keterampilan yang bersifat mekanikal dan pemecahan masalah yang
langsung dapat diukur atau dinilai dengan mengunakan tes-tes yang sudah
standar. Perubahan dalam hal kecakapan, tingkah laku, ataupun kemampuan itu
diukur dengan apa yang mungkin dan dapat diperbuat setelah melalui proses
belajar tersebut.
Aktivitas belajar dapat dikatakan berhasil
dengan baik apabila perubahan yang diharapkan tersebut tercapai pada waktu yang
ditentukan, sehingga evaluasi belajar merupakan keharusan untuk dilaksanakan
secara bertahap hingga akhir dari proses belajar itu dapat mengetahui taraf
keberhasilan siswa. Sehingga untuk mempermudah dalam mengistilahkan pengertian
identik dengan nilai belajar, yaitu suatu nilai yang diberikan guru pada
siswanya karena siswa melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah
diprogramkan dalam proses belajar-mengajar diadakan.
Sehingga untuk mempermudah dalam
mengistilahkan dengan “nilai belajar”, yaitu suatu nilai yang diberikan guru kepada
siswanya karena siswanya melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah
diprogramkan dalam proses belajar mengajar yang diadakan, nilai disini
dimaksudkan nilai raport siswa.
Berdasarkan pengertian diatas untuk
sementara dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran
keberhasilan peserta didik di dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi
belajar dapat diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes yang akan memberikan
informasi-informasi tentang apa yang dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik
dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila prestasi yang diperoleh
menunjukkan nilai yang tinggi atau sesuai dengan target yang dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran. Prestasi belajar dapat dilihat pada hasil evaluasi,
sedangkan evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat diperoleh gambaran tentang
pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor Biologis (jasmaniah) faktor
biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani
individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut.
a) Kondisi fisik yang normal.
Kondisi fisik yang
normal atau tidak memilki cacat sejak dalam kandungan sangat menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca-indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan
organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.
Sekolah-sekolah
umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang sekali menjadi masalah
atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena penerimaan murid disekolah
umum itu telah diseleksi sedemikian rupa, sehingga murid yang diterima umumnya
adalah mereka yang memiliki kondisi mental dan fisik yang normal.
b) Kondisi Kesehatan Fisik
Bagaimana kondisi
kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar seseorang. Namun demikian di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah makan
dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga
secukupnya, dan istirahat yang cukup.
2) Faktor Psikologis (rohaniah) Faktor
psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang
berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi
mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif
dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses
belajar. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Intelegensi
Intelegensi
atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh
dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam
proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang, Intelegensi itu
hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor.
Disekolah-sekolah
umum masalah kegagalan belajar yang disebabkan intelegensi yang rendah, tidak
banyak dijumpai kecuali jika seleksi penerimaan siswa disekolah tersebut tidak
dilakukan dengan baik. Masalah belajar yang lebih sering terjadi
disekolah-sekolah umum justru sebaliknya, yaitu tidak sedikit siswa yang
intelegensinya normal atau bahkan diatas rata-rata tetapi prestasi belajarnya
rendah. Jelas hal ini membuktikan bahwa seseorang yang intelegensinya tinggi
tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang
faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan,
kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar.
b)
Kemauan
kemauan dapat dikatakan
sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu,
dapat dikatakan kemauan merupakan pengerak utama yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagaimanapun baiknya proses belajar
yang dilakukan seseorang, hasilnya akan kurang memuaskan jika orang tersebut
tidak mempunyai kemauan yang keras. Hal ini disebabkan kemauan itu berpengaruh
langsung terhadap berbagai faktor lain, seperti daya konsentrasi, perhatian,
kerajinan, penemuan suatu metode belajar yang tepat, dan ketabahan dalam
menghadapi kesulitan belajar.
c)
Bakat
Bakat memang merupakan
salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam
suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa biasanya bakat itu bukan
menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
d) Daya Ingat
Daya ingat sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, karena sangat mudah dimengerti.
Tahap-tahap tentang proses mengingat yaitu melalui tahap:
1) Mencamkan (memasukkan) kesan
2) Menyimpan kesan
3) Memproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Karena itu, daya
ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan
mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian kesan disini adalah gambaran yang
tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita melakukan pengamatan.
Yang tergolong faktor eksternal yaitu:
1) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan
rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan
utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkungan
keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya
ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga,
tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi
keluarga yang cukup memadai, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian yang besar dari orang rua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya.
2) Faktor Lingkungan sekolah
Satu hal yang paling
mutlak harus ada disekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya
tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh dari pimpinan sekolah yang
bersangkutan, para guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan
cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan baik.
Kondisi lingkungan
sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adalah adanya guru
yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi
yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman
yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah.
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan atau
tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu,
misalnya kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingan tes, kursus
belajar tambahan yang menunjang keberhasilan belajar disekolah, sanggar
organisasi keagamaan.
Lingkungan atau
tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah
tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan
kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan
yang meransang kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya
yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi,
mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.
Untuk mengatasi
hal ini, kiranya peranan pendidikan dirumah dan disekolah harus lebih
ditingkatkan untuk mengimbangi pesatnya perkembangan lingkungan masyarakat itu
sendiri.
4) Faktor Waktu
Bahwa waktu
(kesempatan) memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang.
Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidak adanya
waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar.
Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar disatu sisi siswa dapat menggunakan
waktunya untuk belajar dengan baik dan disisi lain mereka juga dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat
pula untuk menyegarkan pikiran.
Adanya
keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau
rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar
yang maksimal, siswa juga tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang
berlebihan serta merugikan (Thursan Hakim, 2000: 11-21)
Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
Faktor-faktor stimulus belajar.
Stimulus belajar
disini yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau
perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta
suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor
stimulus belajar.
a) Panjangnya bahan pelajaran
b) Kesulitan bahan pelajaran
c) Berartinya bahan pelajaran
d) Berat ringanya tugas
e) Suasana lingkungan eksternal.
2) Faktor-faktor metode belajar.
Metode belajar
yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar.
Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang
berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal
berikut ini
a) Kegiatan berlatih atau praktik.
b) Overlearning dan drill.
c) Resitasi selama belajar.
d) pengenalan tentang hasil-hasil belajar.
e) Belajar dengan keseluruhan dan dengan
bagian-bagian.
f) Penggunaan modalitas indra.
g) Bimbingan dalam belajar.
h) Kondisi-kondisi insentif.
3) Faktor-faktor individual.
a) Kematangan.
b) Faktor usia kronologis.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin.
d) Pengalaman sebelumnya.
e) Kapasitas mental.
f) Kondisi kesehatan jasmani.
g) Kondisi kesehatan rohani.
h) Motivasi (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2004: 138-146).
c. Penilaian Terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu bentuk
pengakuan terhadap hasil belajar. Suatu hasil belajar dapat dikategorikan
memiliki prestasi jika hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gagne
dalam bukunya Nana Sudjana, (2005: 22) membagi lima macam hasil belajar, yaitu
invormasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
ketrampilan motoris. Konsep Gagne pada dasarnya sesuai dengan konsep taksonomi
Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Nana Sudjana (2005:23) menjelaskan bahwa hasil
belajar dalam ranah kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan hasil belajar paling awal yang
biasanya diterapkan dalam pembelajaran yang bersifat hafalan seperti rumus,
definisi, istilah, perundangan, dan lainnya. Setelah pengetahuan, tingkat
berikutnya adalah pemahaman yang terdiri dari pemahaman terjemahan arti
sebenarnya, pemahaman penafsiran dengan menghubungkan suatu pemahaman dengan
pemahaman sebelumnya, dan pemahaman ekstrapolasi yang berupa pemahaman terhadap
makna di balik pemahaman yang tampak. Tahapan kognitif aplikasi berupa
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus, yang dapat
berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Tahap aplikasi dapat diterapkan untuk
menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan gejala yang telah diketahui
sebelumnya. Tahap analisis merupakan tahap memilah suatu integritas menjadi
bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Dengan analisis diharapakan siswa
mempunyai pemahaman yang komprehensif dan terpadu sehingga mampu
mengaplikasikannya pada situasi baru yang kreatif. Pada tahap evaluasi siswa
telah mampu membuat suatu keputusan tentang nilai berdasarkan tujuan, gagasan,
metode dan lain-lain.
Belajar afektif berhubungan dengan sikap
dan nilai. Dalam masyarakat pada umumnya berkembang asumsi bahwa ranah afektif
tidak dapat diukur, namun beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi.
Nana Sudjana (2005, 30) mengkategorikan
lima jenis hasil belajar afektif, yaitu:
- Reciving
atau attending yang berupa kepekaan dalam menerima stimulan dari luar yang
berbentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
- Responding,
berupa reaksi yang diberikan terhadap stimulan dari luar seperti perasaan,
ketepatan reaksi, dan kepuasan dalam menjawab stimulan.
- Valuing
(penilaian) berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala dan
stimulus seperti penerimaan terhadap nilai atau kesepakatan terhadap nilai.
- Organisasi,
berupa pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi seperti konsep
tentang nilai maupun organisasi nilai.
- Karakteristik
nilai atau internalisasi nilai, yaitu perpaduan sistem nilai yang
mempengaruhi terhadap kepribadian dan perilakunya.
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk skill dan aktivitas siswa. Menurut Nana Sudjana (2005, 31) hasil belajar
psikomotorik merupakan tahap kelanjutan dari belajar afektif, sehingga
aktivitas yang muncul merupakan kelanjutan dari sikap (afektif) seperti segera
memasuki kelas saat guru datang, mencatat bahan pelajaran, membaca buku referensi,
latihan mengerjakan soal, mampu bergaul dan lain sebagainya.
Menurut Sumadi Suryabrata (1994: 17).
Tentang penilaian prestasi belajar di kelompokkan menjadi tiga adalah sebagai
berikut:
1) Dasar psikologis
Didalam tiap usaha
manusia pada umumnya selalu dibutuhkan penilaian terhadap usaha-usaha yang
telah dilakukan, yang berguna sebagai bahan orientasi untuk mengahadapi
usaha-usaha yang lebih jauh secara psikologis. Setiap orang selalu butuh
mengetahui sampai sejauh manakah dia berjalan menuju kepada tujuan yang ingin
atau yang harus dicapai.
2) Dasar didaktis
Mengenai
dasar ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a) Ditinjau dari segi anak didik, pengetahuan
akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh pada
pekerjaan artinya menyebabkan prestasi belajar yang selanjutnya itu lebih baik.
b) Dipandang dari segi guru, dengan menilai
hasil atau kemajuan murid-muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil
usaha muridnya saja. Tetapi sekaligus ia juga menilai hasil-hasil usaha
sendiri, dengan mengetahui hasil-hasil usaha muridnya itu guru menjadi tahu
seberapa jauh dan dalam hal mana dia berhasil serta dalam hal mana dia gagal.
3) Dasar administratif
Orang menilai
hasil pendidikan itu juga mempunyai dasar administratif, dengan adanya
penilaian yang rumusnya berwujud raport maka dapat dipenuhi berbagai kebutuhan
administratif. Dengan demikian penilaian merupakan bagian yang terpenting dari
proses belajar mengajar, penilaian itu bermanfaat bagi guru karena dapat
membantu menjawab masalah-masalah penting mengenai siswanya dalam prosedur
mengajarnya bahkan memberikan inti laporan tentang kemajuan murid-muridnya
terhadap orang tua mereka masing-masing.
BAB
III
PROSEDUR
PENELITIAN
A. DEFINISI
OPERASIONAL OBYEK (VARIABEL)
Bimbingan
belajar dalam penelitian ini adalah bimbingan belajar yang diikuti siswa di
luar jam pelajaran sekolah dan dilakukan bersama lembaga bimbingan belajar
independen. Dengan demikian bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru bidang
studi di sekolah tidak termasuk dalam kategori bimbingan belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini.
Adapun
prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan
kemampuan akademik siswa sebagai akibat dari keikutsertaan bimbingan belajar.
Dengan demikian prestasi belajar lain seperti organisasi, olah raga dan lain
sebagainya tidak termasuk dalam kategori prestasi yang dimaksud dalam
penelitian
Dalam penelitian “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa” ini terdapat dua macam variabel yaitu independent
variable (variabel bebas) dan dependen variable (variabel terikat).
1.
Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel
bebas (independent variable) ialah ubahan yang menjadi sebab berubahnya
atau timbulnya dependen variable. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah bimbingan belajar
2.
Variabel Terikat (Dependen Variable)
Variabel
terikat ialah ubahan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya
penjuru variabel bebas (Usman, 2003: 9). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa.
Dalam
penelitian ini terdapat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Hubungan antara dua variabel tersebut berupa hubungan
asimetris dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lain (Sofian Effendi,1989:
53). Hubungan asimetris yang terbentuk berupa hubungan antara stimulus dan
respons dalam bentuk bivariat (dua variabel). Hubungan asimetris dalam
penelitian ini terlihat dari variabel bebas (sebagai stimulus) yang berupa
bimbingan belajar yang mempenpengaruhi prestasi belajar siswa.
Hubungan variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan dalam diagram paradigma penelitian sebagai berikut:
|
|
P
Hubungan
Bivariat
Gambar
1. Diagram Variabel Penelitian
Menurut
Sofian Efendi (1989: 51) hubungan antara variabel bebas dan terikat, tidak
selalu merupakan hubungan yang kausal akan tetapi ditegaskan bahwa terdapat
variabel yang selain berhubungan tetapi variabel yang satu tidak saling
mempengaruhi yang lain.
Dalam suatu penelitian sangat
penting untuk memahami variabel, karena untuk memahami variabel dan kemampuan
menganalisa atau mengidentifikasi variabel. Setiap variabel menjadi yang lebih
kecil, merupakan syarat mutlak bagi setiap meneliti.
B. SUBYEK
PENELITIAN
Subjek
penelitian “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah” adalah siswa kelas VIII di SMP
Negeri 8 Yogyakarta. Dalam pengambilan data penelitian, terlebih dahulu
ditentukan subjek penelitian yang akan menjadi responden penelitian. Penentuan
responden penelitian didasarkan pada besarnya populasi dan teknik sampling yang
digunakan.
1.
Populasi
Populasi menurut Sofian Effendi dalam bukunya Suharsimi
Arikunto (2002: 108) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
ciri-cirinya akan diduga. Penelitian dikatakan sebagai penelitian populasi
apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian
dan melihat semua liku-liku yang ada dalam populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII
SMP Negeri 8 Yogyakarta. Jumlah siswa-siswi SMP Negeri 8 yang di data peneliti
berdasarkan keterangan dari bagian tata usaha (TU) yang berjumlah 1.135 orang.
Karena subyek penelitian lebih dari 100, maka hanya di ambil 10% dari jumlah
populasi yang ada untuk dijadikan sampel.
Dalam
penelitian ini terdapat batasan atau target populasi subjek penelitian yaitu
siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2007/2008. Subjek
penelitian diambil dari SMP Negeri 8 Yogyakarta berawal dari asumsi bahwa
hampir 80% siswa-siswi tersebut mengikuti bimbingan belajar baik di LBB maupun
Privat di rumah. Adapun daftar populasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1
|
VII
|
360
|
2
|
VIII
|
367
|
3
|
IX
|
408
|
Jumlah
|
1.135
|
Sumber:
TU SMP Negeri 8 yogyakarta
2.
Teknik Pengambilan Sampel
a.
Teknik Sampling
Metode
yang digunakan dalam menentukan sejumlah populasi yang mewakili sebagai
responden penelitian dikenal dengan istilah teknik sampling. Adapun teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Cluster Sampling
(sampel gugus sederhana). Teknik sampling ini terjadi jika populasi terdiri
dari beberapa kelompok dengan karakteristik yang hampir sama, sehingga salah
satu di antaranya dapat ditarik sebagai sampel (Gulo, 2002: 93). Pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil sejumlah gugus atau kelompok sebagai sampel dan
kemudian semua unsur penelitian dalam kelompok tersebut diteliti semua (Mantra
Ida Bagus, 2004: 119). Dengan demikian semua subjek dalam kelompok tersebut
dijadikan sebagai responden penelitian. Keuntungan penggunaan teknik sampling
ini adalah tidak perlunya daftar kerangka sampling dengan segala unsur-unsurnya.
b.
Ukuran Sampel
Ukuran
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal ini diterapkan
apabila peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi dan kemudian
bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian sampel
dilakukan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan
kesimpulan sampel sekaligus kesimpulan populasi.
Sekedar
menjadi acuan (patokan) apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik
semua subjek diambil sebagai sampel, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Namun, jika jumlah subjeknya lebih atau cukup besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan
penelitian baik dari segi waktu, tenaga, ataupun dana (Suharsimi Arikunto, 2006: 134). Besar
kecilnya kebutuhan sampel ditanggung sepenuhnya oleh peneliti. Semakin besar
sampel, maka hasil penelitian akan semakin baik. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil 3 kelas sebagai cluster untuk sampel penelitian, yaitu kelas
VIII-1,VIII-2, VIII-4. Berikut daftar distribusi sampel.
Tabel 3. Distribusi sampel
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1
|
VIII-1
|
36
|
2
|
VIII-2
|
36
|
3
|
VIII-3
|
38
|
4
|
VIII-4
|
36
|
5
|
VIII-5
|
36
|
6
|
VIII-6
|
37
|
7
|
VIII-7
|
38
|
8
|
VIII-8
|
37
|
9
|
VIII-9
|
37
|
10
|
VIII-10
|
36
|
Total
|
367
|
C. PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpukan data penelitiannya. Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas dalam mengumpukan data. Instrumen penelitian membantu pekerjaan
peneliti menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu:
1.
Metode Angket
Angket ialah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirimkan untuk diisi oleh responden (Burhan Bungin, 2005: 123) sesuai dengan
permintaan pengguna (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket yang digunakan
dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu angket yang disajikan
sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda pada tempat atau
kolom yang sesuai atau dengan kata lain responden tinggal memilih jawaban yang
telah disiapkan (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket merupakan salah satu
jenis data primer karena didapat langsung dari pihak pertama (Usman, 2003 : 73).
Angket disusun dengan menggunakan skala likert atau rating-scale
(skala bertingkat) sebagai alat ukur sikap responden terhadap pernyataan yang
diberikan. Kategori jawaban terdiri atas 4 alternatif jawaban, untuk analisis
secara kuantitatif, maka alternaltif jawaban diberi skor dari 1 sampai 4,
dengan rincian sebagai berikut:
4 :
Sangat Setuju atau sangat tinggi
3 : Setuju atau tinggi
2 : Tidak Setuju atau rendah
1 : Sangat Tidak Setuju atau rendah
sekali (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).
2. Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi merupakan suatu cara memperoleh data mengenai hal-hal tertentu
terutama peninggalan tertulis, arsip-arsip dan sebagaimana yang berkaitan
dengan subyek yang diteliti yaitu siswa-siswi SMP Negeri 8 Yogyakarta. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum tentang SMP Negeri 8
Yogyakarta secara terperinci dan metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari
data yang berkaitan dengan siswa yang menjadi subyek dalam penelitian dini,
apabila ada kekeliruan dengan data yang sudah diperoleh.
D.
Instrumen penelitian
1. kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen dalam penelitian menunjukan hubungan
antara variabel dengan data, metode, dan instrumen yang disusun. Kisi-kisi
instrument dibuat berdasarkan konsep teori yang mendukung penelitian yang
selanjutnya menjadi bahan yang akan dituangkan sebagai angket penelitian. Dalam
penelitian ini terdapat dua jenis kisi-kisi instrumen, yaitu instrumen bimbingan
belajar dan prestasi belajar. Adapun kisi kisi instrument bimbingan belajar
adalah sebagai berikut
Tabel 4. Kisi-kisi instrument bimbingan belajar
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Item
|
Bimbingan
Belajar
|
Fungsi
|
- Mencegah munculnya masalah
balajar
- Menyalurkan bakat dan minat
- Meningkatkan prestasi
belajar
|
1,2,3
4,5
7,8
|
Tujuan
|
-
Mengembangkan potensi
-
Mengembangkan ketrampilan belajar
-
Memahami lingkungan pendidikan
|
6,9
12,13,15
10,11,14
|
|
Manfaat
|
-
mengurangi kesulitan belajar
-
memperoleh kondisi belajar yang nyaman
|
16,17
18,19,20
|
Tabel
5. Kisi-kisi prestasi belajar
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Item
|
Prestasi Belajar
|
Kognitif
|
-
pengetahuan siswa
-
pemahaman terhadap materi
-
kemampuan menganalisis
-
kemampuan sintesis
-
kemampuan mengevaluasi
|
1,12,21
2,5
3,13
4,14
11,17
|
Afektif
|
-
peka terhadap kesulitan orang lain
-
kemampuan merespon stimulan
-
mengikuti nilai-nilai
|
6,10
7,8
9,14
|
|
Psikomotorik
|
-
keuletan mengadakan latihan
-
ketrampilan memecahkan masalah
|
15,16
18,19,20
|
2. Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas instrumen. Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 169). Uji
validitas dan realibilitas diperlukan dalam penelitian ilmiah yang merupakan
dasar untuk mempercayai bahwa instrumen tersebut benar-benar layak digunakan
dalam penelitian.
Analisa yang digunakan dalam uji validitas dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan korelasi produk moment sesuai dengan
pendapat Pearson (Suharsimi Arikunto, 2006: 170) pada setiap butir alat ukur
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dan kemudian dibantu
dengan SPSS guna pengelompokkan data. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
r x y = Angka
indeks korelasi “r” produk moment
N = Number
of cases
∑XY = Jumlah
hasil penelitian antara skor X dan skor Y
∑X = Jumlah
seluruh skor X
∑Y = Jumlah
seluruh skor Y. (Sudjiono, 2005 : 206)
3. Uji
Reliabilitas Instrumen
Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang
dipercaya juga. Instrumen dikatakan reliabel apabila suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Rumus yang digunakan dalam
mengukur reliabilitas adalah:
Keterangan:
rH = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya item
pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σ 2b =
Jumlah varians butir
σ 21 =
Varians total. (Suharsimi Arikunto, 2006: 196).
E.
Prosedur Analisis Data
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
statistik, yaitu regresi linier. Sebagai syarat suatu penelitian, maka sebelum
dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
linieritas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
merupakan distribusi normal atau tidak.
Adapun metode statistik untuk menguji normalitas dalam penelitian ini
adalah uji chi quadrat, dengan menggunakan rumus sebagai mana diungkapkan oleh
Suharsimi Arikunto (2002 : 29).
Keterangan
:
X2
= Chi quadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk garis lurus atau tidak.
Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan uji r dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan
:
Freg = Harga bilangan untuk garis regresi
RKreg = Rerata kudrat garis regresi
RKres = Rerata kuadrat garis residu. (Sutrisno Hadi,
1994 : 273).
F. Analisis Regresi Linier
Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat
variabel bebas terhadap variabel terikat, yang dalam penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Model ini juga
digunakan karena untuk melihat perbedaan besar kecilnya pengaruh variabel X
terhadap Variabel Y (Burhan Bungin, 2005: 222). Rumus yang digunakan adalah:
Y^= a + bX
Keterangan
Y^
: subjek variabel
terikat yang diproyeksikan
X
: variabel bebas yang mempunyai
nilai tertentu untuk diprediksikan
a : nilai konstansa harga Y jika X=0
b : nilai arah sebagai penentu prediksi
yang menunjukan nilai
peningkatan atau
penurunan.
G.
Uji Hipotesis
Tahap selanjutnya adalah
menlakukan uji hipotesisi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji f
pada taraf 5% dengan menggunakan analisis regresi sehingga akan ditemukan harga
f garis regresi yang selajutnya dapat diuji taraf signifikansi harga f tersebut.
Rumus yang digunakan jika telah diketahui adanya korelasi antara
predictor-prediktornya adalah.
F res = R2 (N-M-1)
m (1-R2)
Keterangan
Freg :
arah F garis regresi
N : jumlah kasus
m : jumlah predictor
R : koefesien
korelasi antara kriterium dengan predictor-prediktornya
derajat kebebasan atau db untuk meguji harga f itu adalah kebalikan dari N-M-1.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Gambaran
Umum Sekolah
1. Visi dan Misi SMP Negeri 8
Yogyakarta
VISI
Mewujudkan sekolah sebagai pusat pendidikan untuk membentuk
manusia yang religius, rasional, reflektif, teknologis, prospektif, responsif,
dan komunikatif.
MISI
Mendidik
siswa sehingga:
a.
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mampu berfikir dan bertindak rasional.
c.
Reflektif terhadap perkembangan perubahan zaman.
d.
Mampu menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
e.
Memiliki prospektif masa depan yang cerah dan mantap.
f.
Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan dan
perkembangan zaman.
g.
Komunikatif terhadap lingkungan hidupnya.
1.
Sudarmi, MPd
2.
Supriyono, Amd
3.
H. Ngadiran, S.Ag
4.
S. Surya Maramika, Amd
5.
Kitri Sukamti, S.Pd
6.
Th. Parwati, SP.d
7.
Dra. Dwi Rusmiyati
8.
Dra. Suwarni
9.
Ambar Suwarsi, SPd
10. Dra.
kaeksi
|
URS. KURIKULUM
I
|
Waluyo, SPd.
|
URS.
KURIKULUM II
|
Samidi, SPd.
|
URS. KURIKULUM III
|
Sriyani Indriastuti, SPd.
|
WALI KELAS
VII
|
|
1.
Iriyanti, S.Pd
2.
Rahayu W. S.Pd
3.
Endang Susilowati, S.Pd
4.
Ibnu Agus T.S.Pd
5.
Sunarti , S.Pd
6.
Bambang Guntoro, S.Pd
7.
Dra. Siti Cholifah Z
8.
Innayatus Sholikhah, S.Pd
9.
Sugiyana, S.Pd
10. Sudaryanto,
S.Pd
|
2. Struktur Organisasi SMP
Negeri 8 Yogyakarta
KEPALA SEKOLAH
|
||
Drs H. Mas’udi Asy, MPd.I
|
||
WAKIL KEPALA SEKOLAH
|
Nugroho Yulianto
|
WALI KELAS
IX
|
WALI KELAS
VIII
|
Gambar 2. Struktur
Organisasi SMP N 8 Yogyakarta
3. Fasilitas
Sekolah
a.
Laboratorium Fisika (Ruangan ber AC)
b.
Laboratorium Biologi
c.
Laboratorium Komputer (Ruangan ber AC)
d.
Laboratorium Bahasa (Ruangan ber AC)
e.
Laboratorium Matematika
f.
Ruang Keterampilan
g.
Ruang AVA
h.
Masjid Sekolah
i.
Ruang Musik.
B. Deskripsi
Data
Populasi
dalam penelitian ini adalah 1.135 siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Sedangkan sampel dari penelitian ini ada 100 siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Penelitian ini melibatkan dua variabel yang terdiri dari satu
variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa dan satu variabel bebas yaitu
bimbingan belajar siswa. Berikut ini akan diuraikan deskripsi data dari masing-masing
variabel penelitian.
Merujuk
pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) yang menyebutkan bahwa apabila
subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik semua subyek diambil sebagai sampel,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah
subyeknya lebih atau cukup besar diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
tergantung pada kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, ataupun dana.
Besar kecilnya kebutuhan sampel ditanggung sepenuhnya oleh peneliti. Semakin
besar sampel, maka hasil penelitian akan semakin baik. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil 3 kelas sebagai cluster untuk sampel penelitian, yaitu kelas VIII-1,
VIII-2, dan VIII-4.
Pada
awal penelitian angket yang dibuat adalah untuk 108 responden, akan tetapi
angket yang disebar hanya 100 dikarenakan beberapa siswa tidak masuk
kelas, Maka dengan itu peneliti hanya
mengolah data sebanyak 100 angket dari 100 responden.
- Bimbingan Belajar Siswa
Data skor bimbingan belajar siswa diperoleh dari angket yang
diberikan kepada siswa, dari angket diperoleh data skor terendah 37 dan
tertinggi 71. Distribusi frekuensi skor bimbingan belajar siswa disajikan pada
tabel sebagai berikut:
Tabel
6.Distribusi Frekuensi Bimbingan
Belajar Siswa
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan
diperoleh rata-rata sebesar 54.61, median sebesar 54.98, modus sebesar 54.00,
dan simpangan baku sebesar 6.19. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval
nomer 4 dengan rentang skor 51.5-56.5 yaitu sebanyak 33 siswa atau 33%.
Adapun sebaran pada masing-masing kelas
interval dapat diamati melalui histogram di bawah ini.:
Gambar 3. Histogram Bimbingan Belajar Siswa (X)
Untuk
menafsir skor yang telah diperoleh, skor bimbingan belajar siswa dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut:
:
Kriteria rendah
: Kriteria
sedang
:
Kriteria tinggi
Dengan : skor rata-rata
: skor bimbingan belajar siswa
: simpangan baku.
Tabel 7
Pengelompokan Skor Bimbingan Balajar
Skor Bimbingan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
Kriteria
|
< 48.42
48.42 ≤ ≤ 60.8
> 60.8
|
26
60
14
|
Rendah
Sedang
Tinggi
|
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 ikut aktif
bimbingan belajar termasuk pada kategori sedang.
- Prestasi Belajar
Data skor prestasi belajar siswa diperoleh dari tes prestasi
atau ulangan yang diberikan kepada siswa, dari tes prestasi diperoleh data skor
terendah 25 dan tertinggi 67. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar siswa
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi
Nilai Prestasi Belajar Siswa
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan
diperoleh rata-rata sebesar 51.96, median sebesar 52.10, modus sebesar 49.00
dan simpangan baku sebesar 7.57. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval
nomer 4 dengan rentang skor 45.5-52.5 yaitu sebanyak 35 siswa atau 35%.
Adapun sebaran pada masing-masing kelas
interval dapat diamati melalui histogram di bawah ini.:
Gambar 4. Histogram Prestasi Belajar Siswa (Y)
Untuk menafsir skor yang telah diperoleh, skor bimbingan
belajar siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi
dengan kriteria sebagai berikut:
:
Kriteria rendah
: Kriteria
sedang
:
Kriteria tinggi
Dengan : skor rata-rata
: skor bimbingan belajar siswa
: simpangan baku
Tabel 9
Pengelompokan Skor Prestasi Belajar
Skor Bimbingan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
Kriteria
|
< 44.39
44.39 ≤ ≤ 59.53
> 59.53
|
4
73
23
|
Rendah
Sedang
Tinggi
|
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa prestasi belajar
sebagian besar siswa kelas VIII SMP
Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
berada pada tingkat sedang.
Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi product
moment pada variabel bimbingan belajar dan prestasi belajar menunjukkan
bahwa soal-soal pada variabel prestasi belajar siswa dan bimbingan belajar
merupakan soal yang valid hal ini ditunjukkan dengan nilai rhitung > rtabel (0.195).
sedangkan hasil uji reliabilitas pada
kedua variabel dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh rhitung
> rtabel (0.195) sehingga dapat disimpulkanbahwa intrumen pada
kedua variabel baik prestasi belajar maupun bimbingan belajar merupakan
instrumen yang andal atau reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
C.
Uji Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis harus dipenuhi sebelum
menguji hipotesis. Dalam penelitian ini meliputi: uji normalitas dan uji linearitas.
1.
Uji Normalitas
a)
Uji Normalitas untuk variabel X (Bimbingan Belajar)
Untuk mengetahui apakah variabel X berdistribusi
normal atau tidak maka perlu diuji menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Dengan
kriteria keputusan jika maka sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil
perhitungan diperoleh = 16.425 dan = 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%. Karena maka sebaran data
variabel X berdistribusi normal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas Bimbingan Belajar
Uji
Normalitas
|
|
|
Keputusan
|
Bimbingan
belajar
|
16.425
|
16.919
|
Berdistribusi
normal
|
b)
Uji Normalitas untuk variabel Y (Prestasi belajar)
Untuk mengetahui apakah variabel Y berdistribusi normal
atau tidak maka perlu diuji menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Dengan
kriteria keputusan jika maka sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil
perhitungan diperoleh = 3.380 dan 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%..
Karena maka sebaran data variabel Y berdistribusi normal. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
Hasil
Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa
Uji
Normalitas
|
|
|
Keputusan
|
Prestasi
Belajar
|
3.380
|
16.919
|
Berdistribusi
normal
|
2.
Uji linearitas antara X dan Y
Untuk menguji apakah korelasi antara X dan Y berpola linear atau tidak, maka perlu diuji
menggunakan uji F dengan kriteria keputusan jika maka korelasi kedua
variabel tersebut berpola linear.
Tabel 12
Hasil
Uji Linearitas antara Variabel X dan Y
Uji
linearitas
|
|
|
Keputusan
|
Antara X dan Y
|
0.173
|
3.44
|
Berpola
Linear
|
D.
Uji Hipotesis
Uji
hipotesis dilakukan dengan analisis regresi. Dalam penelitian ini diajukan
hipotesis yaitu:
: tidak ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap
prestasi belajar siswa
: ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap prestasi
belajar siswa
Uji
t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen, masing-masing sebagai berikut :
1.
Hipotesis
Ho :
b = 0 bahwa variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
H0 :
b ≠ 0 bahwa variabel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen
2.
Menentukan nilai kritis
Dimana α = 0,05 tingkat kepercayaan 95% dan
degree of freedom sebesar n – 1 – k,
sehingga daerah kritis ditentukan sebagai sebagai berikut:
t tabel = t (½ α ; n – 1- k)
= t (0,05 ; 100 –1 –2)
= t (0,05; 97)
Maka
diperoleh nilai t tabel sebesar 1.6612
3. Menentukan nilai t test
Berdasarkan penggunaan taraf signifikan 5 % dengan df =
97, maka didapat t tabel sebesar ± 1.6612 sedangkan dari hasil olah data komputer didapat
t hitung sebesar 7.998.
4. Kriteria Pengujian
H0
diterima apabila : -t (0.025;95) £ t hitung £ t
(0.025;95) atau tingkat probabilitas > 5%
H0
ditolak apabila : t hitung <
-t (0.025;95) atau t hitung > t
(0.025;95) tingkat probabilitas < 5%
5. Keputusan.
Karena t hitung (7.998) > t tabel (1.6612) maka Ho
ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar
dengan prestasi belajar.
Dengan analisis korelasi parsial dan uji t diperoleh
koefisien korelasi X dan Y sebesar 0,628 dan harga sebesar 7.998.
Sedangkan pada taraf
signifikansi 5% yaitu sebesar 1,6612. Ternyata > sehingga ditolak dan diterima atau pengaruh
yang signifikan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar, artinya bahwa
dengan adanya pembelajaran tambahan dengan dibimbing oleh pengajar diluar
sekolah maka akan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
E. Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil uji normalitas diperoleh harga
Chi-kuadrat untuk bimbingan belajar χ2
= 16.425 dan untuk prestasi belajar siswa
χ2 = 3.380 sedangkan
= 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%. Dari hasil
perhitungan maka ke dua variabel tersebut berdistribusi normal karena chi
kuadrat (χ2)hitung < χ2tabel.
Hasil perhitungan uji lineritas diperoleh Fhitung
untuk bimbingan belajar (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) sebesar = 0.173
sedangkan Ftabel = 3.44 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
bentuk garis regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah berpola
linier.
Tujuan
dari pembahasan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara
bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa dan seberapa besar pengaruh
bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa. Pada bagian ini disajikan
pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian yang dianalisis secara
korelasi. Penelitian ini menemukan bahwa:
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
belajar dengan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari hubungan fungsional antara bimbingan belajar (X)
dengan prestasi belajar siswa (Y) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 dalam bentuk persamaan regresi
linear yaitu Y = 27.892 + 0.514X dengan koefisien korelasi sebesar 0,628
pada taraf signifikansi 5% koefisien arah regresi sebesar 0.514 Artinya setiap
kenaikan satu unit X mengakibatkan 0.514 kenaikan Y. Dengan kata lain semakin
sering siswa mengikuti bimbingan belajar maka maka semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa.
2.
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.395,
hal ini berarti bahwa 39.5% prestasi belajar dipengaruhi oleh bimbingan belajar
dan sisanya sebesar 60.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih
lanjut dengan melibatkan beberapa ubahan lain yang diduga mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
Dengan
hasil dari penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar
diluar sekolah yang dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan, maka dapat
diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
belajar dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
yang ditunjukkan dengan hasil korelasi parsial sebesar 0.628 pada taraf
signifikansi 5%. Jadi dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor bimbingan belajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa sebesar 39,5%,
sedangkan 60,5% adalah faktor lain selain bimbingan belajar
2.
Besarnya
pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi siswa di sekolah adalah
39.5% yang ditunjukkan dengan hasil nilai koefisien determinasi.
B. Saran
Dari
hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Bagi siswa,
hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar dengan cara
lebih aktif dalam belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2.
Bagi Guru, hendaknya lebih memahami kondisi siswa yang
mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga guru harus tepat dalam
menentukan metode mengajar apa yang tepat untuk digunakan mengajar.
3.
Pihak sekolah diharapkan untuk meningkatkan kualitas
dari segi siswa dengan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan sarana dan
prasarana pembelajaran yang mendukung.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih memantapkan
hasil penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan populasi
yang lebih luas dan melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi
pestasi belajar serta dengan menggunakan metode pengumpulan data lainnya,
misalnya metode wawancara sehingga akan diperoleh data yang lebih kompleks.
5.
Bagi Lembaga Bimbingan Belajar supaya dalam memberikan
tambahan pelajaran lebih menyesuaikan dengan kondisi pelajaran disekolah supaya
siswa yang mengikuti bimbingan belajar semakin giat dalam belajar. Bimbingan
belajarjuga merupakan salah satu sarana agar siswa dapat lebih termotivasi
dalam belajar, sehingga siswa akan dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Mahmu. 2002. Psikologi Kepribadian. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Abu Ahmadi.
1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Pskologi Belajar (edisi revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Anas Sudjiono. 1986. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: UD Rama.
Badudu
dan Zain Sutan Mohammad. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Burhan Bungin.
2005. Metodelogi penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana
Dewa
Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Dyah
Rahmah Sukmasari. 2005. Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar
Siswa MTs Muhammadiyah Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. [Skripsi]
Yogyakarta: FIAI UII.
Gulo,W. 2002. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadari
Nawawi. 1981. Pengaruh Hubungan Manusiawi Murid Terhadap Prestasi Belajar di
SD. analisis pendidikan vol 1.
Mantra
Ida Bagus. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Minhatul
Izzah. 2004. Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Percaya Diri Siswa di MTs N
Sleman Yogyakarta. [Skripsi] Yogyakarta: FIAI UII.
Muhammad
Buchori. 1983. Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung:
Jemmars.
Muhibbin Syah.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono
Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muzhoffar Akhwan, dkk. 2002. Pedoman
Penulisan Skripsi. Yogyakarta: FIAI UII
Nana
Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1982. Didaktis
Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Nur’ainun
Siregar. 2006. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Prestasi Belajar Siswa
di SMA Negeri 6 Yogyakarta. [Skripsi] Yogyakarta: FIAI UII.
Oemar
Hamalik. 1990. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sofian Effendi. 1989. Metode
Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
----------2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumadi
Suryabrata.1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sutrisno
Hadi.1994. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Syaiful Bahri
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Bineka Cipta.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thursan Hakim. 2000. Belajar Secara Efektif.
Jakarta: Puspa Swara.
Usman H. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Wingkel
WS, 1984, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.
Syamsir Alam. 2006. Instrumen Ujian Nasional sebagai
Penentu kelulusan Berpotensi Merugikan Siswa. www.kompas.com/kompacetak/0506/27.
Bimbingan
Belajar Simbol Ketidakpercayaan terhadap Sekolah, 31 juli 2006, www.primagama.co.id/profile/profilekini.php
Deni Setiawan. 2006. Penanganan Belajar Siswa. www.sd-binatalenta.com/images.
Soelastri.
2002. Menjelang Ujian Masuk PTN Perlukah Ikut Bimbingan Belajar. www.kompas.com/kompas-cetak/0206/19/dikbud/menj08.htm
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani
yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang
dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin
ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan
bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa
depan.
Ujian
(Akhir) Nasional UN selama ini diperlakukan semacam upacara ritual tahunan
tanpa memberikan pengaruh berarti terhadap upaya dan pengelola serta
pelaksanaan pendidikan pada tingkat sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan. Meskipun praktik ujian akhir dapat digunakan untuk
memenuhi kualitas pendidikan namun pada umumnya sering bertentangan dengan
kenyataan.. Sebagaimana diketahui bahwa realitas pendidikan di Tanah Air sangat
beragam, baik itu sarana-prasarana pendidikan, sumber daya guru, dan school
leadership. Kualitas pendidikan yang begitu lebar sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan pengelola
pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah semakin menguatkan tuduhan
masyarakat selama ini bahwa penggunaan instrumen UN untuk menentukan kelulusan
(sertifikasi) dan seleksi berpotensi melanggar keadilan dalam tes. (www.kompas.com).
Aktivitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi,
tetapi juga terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang
tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang menyebabkan perbedaan tingkah
laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa
tidak dapat belajar sebagai mana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan
belajar.
Masalah-masalah pendidikan secara terinci
yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah,
mereka kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para
guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses
menjalani program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa
keraguan memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok.
Pada tahun-tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi
kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih
tempat bimbingan tes yang memadai. ( Abu Ahmadi, 1991: 107-108).
Tingginya
minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol
ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di
sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa
untuk mengembalikan kepercayaan.
Pengamat
pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan
mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orangtua siswa yang
mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak
percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih
berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan
antara lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa
semakin tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak
sekolah tidak dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar
kebanyakan justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya
justru relatif baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu
adalah simbol ketidak percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti
bimbingan belajar agar tetap dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang
diberikan bimbingan belajar dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus
bisa mengoreksi cara pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi
layanan pendidikan yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal.
Sekolah-sekolah favorit banyak berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan
dan membebankan hal itu kepada orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa
memberikan pelayanan pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan
belajar dengan jeli memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa
apa yang tidak bisa diberikan kepada sekolah.
Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat
Klinik Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam
soal proses pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi
informasi telah lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah
formal. ( www.primagama.co.id)
Berbagai cara ditempuh pengelola LBB
(Lembaga Bimbingan Belajar) untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa
kelulusan siswa SD, SMP dan SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai
dari menyebar brosur yang memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada
sekolah favorit, memberi jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di
program studi tertentu, hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di
kepanitiaan SPMB.
Masuk LBB para pelajar biasa menyebut
bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an.
Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan belajar Siky Mulyono mulai
dikenal karena begitu agresif memperkenalkan lembaganya sebagai tempat
bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta kursus masuk ke sekolah favorit,
promosi yang dilakukan memang luar biasa. Pengelola bisnis kursus pelajaran
sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu ini. Mulai dari tidak pede
(percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran disekolah.
Benarkah peran LBB begitu besar dalam
mengasah kemampuan anak terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit,
bagaimana dengan janji peserta pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor
tertentu saat try oud.
Prof Dr Soesmalijah Soewondo berkata,
bohong jika mereka sampai memberikan jaminan semacam itu. Prof Toemin secara
tegas juga menyatakan tidak setuju dengan iming-iming seperti itu. Saya tidak
percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun setahun penuh akan
meningkatkan kemampuan siswa sehingga sukses mengerjakan soal ujian masuk
sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan terasah dengan cara drill, baik
itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu (biasanya unggulan) maupun di
LBB.
Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak
lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang
tua merasa tidak puas terhadap kemampuan
yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah dengan bimbingan
belajar prestasi siswa akan lebih baik? Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya
dibutuhkan oleh mereka yang malas belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa
dengan cara instant karena dengan belajar secara instans tak akan bisa memahami
ilmunya, karena pemahaman itu terjadi lewat proses pembelajaran secara terus
menerus.(www.kompas.com).
Dengan latar belakang bahwa dengan adanya
penetapan nilai minimal kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh pemerintah,
dengan demikian para orang tua serta siswa merasa perlu menambah jam belajar di
luar jam belajar di sekolah formal.
Dari
latar belakang diatas, masalah bimbingan belajar terhadap prestasi siswa yang
terjadi diluar sekolah, masih perlu diteliti. Dengan demikian penulis ingin
meneliti Apakah bimbingan belajar
tersebut bisa meningkatkan prestasi siswa disekolah atau tidak. Dengan demikian
penulis berminat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bimbingan
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta”.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
- Adakah Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi siswa di Sekolah?
- Seberapa Besar Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di Sekolah
C. TUJUAN
PENELITIAN
Dari rumusan permasalahan yang ada
diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui adakah pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta
- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bimbingan Belajar terhadap prestasi siswa di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
D. MANFAAT
PENELITIAN
- Peneliti dapat mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa
- Penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya khasanah ilmu pengetahuan, disamping sebagai pengalaman yang dapat berguna sebagai bekal apabila ingin berkecimpung didalam lingkungan penelitian
- Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi kita guna meningkatkan prestasi belajar anak.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. TELAAH
PUSTAKA
Sebelum
adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yang membahas tentang Prestasi Belajar Siswa
di sekolah.
Penelitian pertama dilakukan oleh
Nur’ Ainun Siregar, mahasiswa S1 jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia pada tahun 2006 dengan Judul Pengaruh
Pemanfaatan Internet Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Dalam penelitian ini Nur’ Ainun Siregar menghasilkan terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara pemanfaatan internet terhadap
prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan r
hitung > r table. Angka koefisien korelasi yang ditemukan r
hitung > r tabel (0,267 > 0,126), f hitung > f tabel (19,110 >
3,84) pada taraf signifikan 5% dan koefisien determinan (R2) sebesar
0,072% dan sisanya merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak
diperhitungkan dalam penelitian. Dalam hal ini semakin tinggi tingkat
pemanfaatan internet, maka hasil prestasi belajar siswa juga semakin tinggi
(baik).
Penelitian lain dilakukan oleh
Minhatul Izzah, mahasiswa S1 Jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia pada tahun 2004 dengan judul Pengaruh Prestasi
Belajar Terhadap Percaya Diri Siswa di MTs N Sleman Yogyakarta. Dalam
penelitian ini Minhatul Izzah menghasilkan terdapat korelasi positif antara
prestasi belajar terhadap percaya diri siswa di MTs N Sleman Yogyakarta. Dengan
harga korelasi product momentnya 0,791 dan dengan harga koefisien deterninannya
(R2) = 0,631 yang artinya apabila di
prosentase sebesar 63,1 % jadi antara pengaruh prestasi belajar dengan rasa
percaya diri siswa adalah sangat berpengaruh dengan nilai “cukup”. Sedangkan
selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian
lain yang di lakukan oleh Dyah Rahmah Sukmasari, mahasiswa S1 Jurusan Tarbiyah
Fakulatas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia pada tahun 2005 dengan
judul Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs
Muhammadiyah Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dalam
penelitian ini Dyah Rahmah Sukmasari menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
antara rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa. Dari perhitungan
antara kedua variabel memperoleh angka korelasi sebesar 0,650 yang kemudian
dikonsultasikan dengan signifikasi 5% sebesar 0,291. berdasarkan hasil korelasi
yang diinterprestasikan pengaruh rasa percaya diri terhadap prestasi belajar
merupakan kategori cukup baik.
Berdasarkan beberapa penelitian di
atas, dapat disimpulkan bahwa dari ketiga penelitian diatas yang membahas
mengenai pemanfaaan internet dan percaya diri siswa terhadap prestasi belajar
siswa di sekolah. Sedangkan penulis disini permasalahannya mengenai pengaruh
bimbingan belajar terhadap prestasi belajar disekolah, sehingga terdapat
perbedaan antara judul skripsi dan tempat penelitian penulis sekarang dengan
penulis terdahulu. Meskipun nantinya terdapat kesamaan yang berupa kutipan atau
pendapat-pendapat yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa, dan penelitian
ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
B. LANDASAN
TEORI
- Bimbingan Belajar
a.
Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut
Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989, pendidikan dilaksanakan
dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing
memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan
mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya
menjadi orang baik. Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai
suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan
ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan
bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. ( Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005: 233)
Menurut
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82) Bimbingan dapat diartikan sebagai
upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
perkembangannya yang lebih optimal.
Menurut
Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
Menurut
Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (2002: 20) Bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Maka
dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut:
- Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan.
- Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis antara pembimbing dengan kliennya.
- Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua
- Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Fungsi
utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan
sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan
juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga
administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:
- Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
- Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.
- Kuratif : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah.
- Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 117).
Menurut
Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar adalah konsep belajar yang
menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku yang menunjukkan kepada
suatu proses perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
Menurut
Slameto, (2003: 2). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 141). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Menurut
Thursan Hakim, (2000: 1). Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
kemampuan.
Menurut
Nasution, (1982: 38). Belajar adalah perubahan pengetahuan. Ungkapan diatas cenderung menyatukan hasil dari
aktivitas belajar sehingga orang yang belajar mengalami perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak pengalaman menjadi
berpengalaman dan lain sebagainya. Si anak didik itu berubah dan berkembang
karena pengaruh-pengaruh yang didapatkan oleh apa yang dilihatnya, apa yang
didengar dan apa yang diajarkan oleh para guru kepada para anak didik sepanjang
masa-masa belajar disekolah. Pada kenyataannya batasan inilah yang paling
banyak dianut disekolah, dimana guru berusaha memberikan pengaruh ilmu sebanyak
mungkin dan siswa giat mengumpulkannya.
Sehingga kecenderungan keberhasilan belajar maka lebih ditekankan pada
nilai-nilai (angka) dari hasil evaluasi dengan nilai tertinggi semata.
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Belajar
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu secara sadar untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
- Belajar
sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.
- Hasil dari belajar itu ditandai
dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku yaitu aspek kebiasaan,
pengalaman dan sikap.
- Belajar
itu merupakan bentuk pengalaman.
Dengan
demikian bimbingan belajar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
dari guru atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan
belajar, yang mungkin muncul selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Optimal dalam kontek belajar dapat
dimaknai sebagai siswa yang efektif, produktif dan prestatif. (www.sd-binatalenta.com)
Menurut
Abu Ahmadi, (1991: 111). Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian
bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu atau peserta didik dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar.
Adapun prifat atau bimbingan individu menunjukkan usaha-usaha yang sistematis
dan berencana membantu peserta didik secara perorangan agar dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan belajar kelompok merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu materi
dalam pelajaran yang sedang dihadapinya.
Masalah
belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar
merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru
dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui
kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan
belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang
diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan.
Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa
gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi
belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang
kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah.
Setiap
gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan
masalah belajar. Misalnya prestasi
belajar rendah dapat melatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan
motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan kesehatan,
kekusutan psikis, kekurangan sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang
mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, materi pelajaran yang terlalu
sulit, kondisi sekolah yang kurang baik dsb. Untuk setiap jenis masalah banyak
sekali faktor yang melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat
dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatarbelakangi oleh
faktor yang berbeda.
Keseluruhan
faktor yang melatarbelakangi masalah belajar ini, dapat dikembalikan kepada
faktor internal yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal
dari luar siswa. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti
kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap,
perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor
eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta
masyarakat sekitar. Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh terhadap
perkembangan belajar siswa, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif.
Kekuatan pengaruh setiap faktor bagi setiap individu tidak selalu sama. (Nana
Syaodih Sukmadinata: 2005: 240)
Fenomena
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas
dua macam, yakni:
1)
Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan
yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang
mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a)
Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain
seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b)
Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap.
c)
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain
seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan
telingga).
2)
Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor lingkungan ini meliputi:
a)
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
b)
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
c)
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Selain
faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan
kesulitan belajar yang terdiri atas:
1)
Disleksia yakni ketidakmampuan belajar membaca
2)
Disgrafia yakni ketidakmampuan belajar menulis
3)
Diskalkulia yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun
demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki
potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom
tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak ( Muhibbin
Syah, 2003: 183)
Supaya
belajar bisa berjalan secara lebih optimal maka harus memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai
berikut:
1)
Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2)
Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan
pada situasi problematik.
3)
Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada
belajar dengan hafalan.
4)
Belajar merupakan proses yang kontinu
5)
Belajar memerlukan kemampuan yang kuat.
6)
Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
7)
Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada
belajar secara terbagi-bagi.
8)
Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9)
Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dengan
murid.
10) Belajar
memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. (Trursan
Hakim, 2000: 2-10).
a. 1. Tahapan-tahapan dalam Belajar
Para guru mengetahui bahwa
diperlukannya suatu periode waktu tertentu bagi anak untuk secara penuh
memahami suatu konsep yang telah diajarkan. Biasanya anak tidak secara penuh
memahami suatu konsep pada saat pertama kali diajarkan. Fenomena ini lebih
banyak terjadi pada anak berkesulitan belajar daripada anak yang tidak
berkesulitan belajar. Oleh kerena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran,
guru perlu menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar. Ada empat tahapan
belajar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)
Perolehan : pada tahapan ini anak telah terbuka
terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih
memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru untuk menggunakan pengetahuan
tersebut. Contoh; kepada anak diperlihatkan tabel perkalian lima dan konsepnya
dijelaskan sehingga ia mulai memahaminya.
2)
Kecakapan: pada tahap ini anak mulai memahami
pengetahuan atau keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihannya.
Contoh; setelah anak memahami tabel dan konsep perkalian lima, ia diberi banyak
latihan dalam bentuk menghafal atau menulis, dan diberi macam-macam ulangan
penguatan.
3)
Pemeliharaan: anak dapat memelihara atau mempertahankan
suatu kinerja taraf tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan
dihilangkan. Contoh; anak dapat menggunakan perkalian lima secara cepat tanpa
memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru.
4)
Generalisasi: pada tahap ini anak telah memiliki dan
menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga ia dapat
menerapkannya ide dalam berbagai situasi. Contoh; anak dapat menerapkan tabel
perkalian lima dalam memecahkan berbagai soal metematika. (Mulyono Abdurrahman,
2003: 90).
a.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1)
Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a)
Aspek Fisiologis yakni kondisi umum jasmani yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing kepala berat misalnya, maka
dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan tonus jasmani
agar tetap bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.
Hal ini penting karena kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan
menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental
siswa itu sendiri.
b)
Aspek Psikologis yang meliputi:
(1)
Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya.
(2)
Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif.
(3)
Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi,
karena itu seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior)
atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented
child, yakni anak berbakat.
(4)
Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak
termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
(5)
Motivasi siswa ialah keadaan internal organisme baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini
motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
2)
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu:
(1)
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa
disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik
dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar siswa.
Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi
masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur,
akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa tersebut
akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam
alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
(2)
Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor
lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan siswa.
3)
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Dapat
dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam
hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. (Muhibbin Syah,
2003: 144-155).
b. Fungsi
Bimbingan Belajar
1)
Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.
2)
Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya
sehingga belajar dapat berkembang secara optimal
3) Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan belajar.
4) Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu
proses belajar siswa
5) Upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan prestasi belajar siswa. (www.sd-binatalenta.com).
c.
Tujuan Bimbingan Belajar
1)
Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu
murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar,
sehingga setiap murid dapat belajar secara efisien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Dengan rincian sebagai
berikut:
a)
Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif
bagi seorang anak atau kelompok anak.
b)
Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan
menggunakan buku pelajaran.
c)
Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang
memanfaatkan perpustakaan.
d)
Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam
ulangan dan ujian.
e)
Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f)
Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang
studi tertentu.
g)
Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya.
h)
Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan
pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir di masa depan.
2)
Secara khusus adalah:
a)
Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengalahkan
dan mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b)
Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c)
Mengembangkan suasana yang kondusif.
d)
Memahami lingkungan pendidikan.
Dalam
bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa melakukan penyesuaian yang baik
dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat,
dan kemampuan yang ada padanya. Berdasarkan atas tujuan bimbingan belajar
diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah untuk membentuk murid-murid
yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar
yang dihadapinya. ( Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004:111)
d.
Manfaat Bimbingan Belajar
Bimbingan
belajar merupakan bagian terpenting bagi peserta didik, mengingat pada saat ini
peserta didik dituntut untuk bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa
diharapkan mengikuti bimbingan belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan
di masa depan. Selain itu, manfaat dari bimbingan belajar adalah dapat membuat
siswa semakin kreatif pada kegiatan belajar mengajar, dan dapat meningkatkan
prestasi pada sekolahnya. Maka sangat penting bagi peserta didik untuk
mengikuti bimbingan belajar, agar mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman
pada saat ini.
Manfaat
Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman,
terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi
kemungkinan kesulitan belajar. ( www.sd-binatalenta.com).
e.
Teknik-teknik Bimbingan belajar
Hampir
semua bentuk teknik bimbingan yang bersifat informatif dan adjustif dapat
digunakan dalam bimbingan belajar, hanya isinya saja difokuskan kepada
kesulitan belajar dan kesulitan pelajaran.
Keseluruhan
teknik bimbingan belajar dibedakan antara teknik bimbingan kelompok dan
bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang diberikan
kepada individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang
bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik
atau penyembuhan. Beberapa teknik bimbingan individual yang bersifat informatif
adalah ceramah/penjelasan, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan
tertulis, penyampaian informasi melalui media elektronik dll yang diberikan
secara individual.
Bimbingan
kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat
informatif dan terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan
kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan individual
tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat
kelompok, penggunaan media tulis dan media elektronik secara berkelompok.
Bimbingan kelompok yang bersifat adjustif adalah bantuan kepada individu dalam
membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai
kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian kelompok,
kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan kelompok dsb. Bimbingan
kelompok yang bersifat terapeutik adalah psikodrama, konseling kelompok dan
psikoterapi kelompok.
Teknik-teknik
bimbingan yang bersifat informatif dapat diberikan oleh guru-guru. Bimbingan
adjustif dapat diberikan oleh konselor atau guru-guru senior yang telah mendapatkan
penataran tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik dalam membantu
klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan dapat dikerjakan oleh
konselor, sedang yang sudah berat seperti gangguan yang sudah termasuk
neurosis, psikopath dan psikosis hanya bisa diberikan oleh psikolog dan
psikiater yang telah berpengalaman. Kecuali bimbingan yang bersifat terapeutis,
semua jenis teknik bimbingan lainnya dapat digunakan dalam memberikan bimbingan
belajar, untuk mengatasi masalah yang sederhana dapat dilaksanakan sendiri oleh
guru, sedangkan untuk mengatasi masalah yang agak berat diperlukan kerjasama
dengan konselor. (Nana Syaodih, 2005: 243-244)
f. Peran Guru dalam Bimbingan Belajar
Perkembangan
ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang
berlangsung dengan cepat dan dewasa ini, peranan guru telah meningkat dari
sebagai pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih
meningkat terus, yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang
pengajaran (designer of instruction), pengelola pengajaran (manager
of instruction), evaluator of student learning, motivator belajar,
dan sebagai pembimbing.
Guru
sebagai designer of instruction atau perancang pengajaran dituntut
memiliki kemampuan untuk merencanakan (merancang) kegiatan belajar mengajar
secara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan
yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar sebagai suatu bahan dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru
sebagai manajer of instruction (pengelola pengajaran), dituntut untuk
memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan
menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat
belajar dengan efektif dan efisien.
Sedangkan
guru dengan fungsinya sebagai evaluator of student learning, dituntut
untuk secara terus menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah
dicapai murid-muridnya dari waktu kewaktu.
Informasi
yang diperoleh melalui cara ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan
belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk
menyempurnakan serta meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh
hasil belajar yang optimal.
Guru
sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat
pribadi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan
pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenal dan memahami
murid-muridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil yang
optimal.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pembimbing sekaligus berperan
sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam
belajar mengajar diharap mampu untuk:
1)
Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam
proses belajar.
2)
Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadi yang dihadapi.
3)
Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang
dilakukannya.
4)
Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid
dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadi.
5)
Mengenal dan memahami setiap murid, baik secara
individual maupun secara kelompok. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004:
115-117)
g.
Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar
Tugas
guru disekolah banyak sekali, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang
sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan rencana
tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan
hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Didalam pelaksanaan pengajaran tugas
guru bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan
belajar kepada siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain.
Maka yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru
agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam
memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip:
1)
Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua
siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru,
sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang
dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa kurang.
2)
Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus
berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang
melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah atau kesulitan mempunyai
latarbelakang tertentu yang berbeda dengan masalah lain atau pada siswa yang
lainnya.
3)
Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya
disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya,
bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan
masalah.
4)
Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang
bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan
masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat,
maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik
bimbingan yang bervariasi.
5)
Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru
bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung
jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif
dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam
membantu mengatasi kesulitan siswa.
6)
Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah.
Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya,
orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi
tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua
dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian
antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah
maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7)
Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar
di kelas, di laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi)
baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat
pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat
diskusi kelas, praktikum dll. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam
pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari,
disekolah ataupun di rumah. (Nana Syaodih, 2005: 241-243).
Untuk
mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, maka perlu diberikan bimbingan
belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya digunakan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik bimbingan yang biasa dipakai dalam bimbingan dan konseling.
Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan konseling. Banyak masalah belajar
yang dihadapi oleh para siswa disekolah, seperti: prestasi belajar rendah,
motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dan lain-lain. Masalah-masalah
tersebut dapat dilatar belakangi oleh faktor internal maupun eksternal. Maka
untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai jenis
bimbingan belajar.
Bimbingan
belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data, pemberian informasi,
konseling, bimbingan kelompok serta upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan
belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan pengembangan dalam rangka
mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa. (Nana
Syaodih, 2005: 247-248).
Banyak
sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa disekolah. Masalah
pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan dan hambatan-hambatan dalam
penyesuaian tugas-tugas kurikulum dan perkembangan belajar. Masalah belajar
merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan
kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan
dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini
siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan
belajar siswa selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
Adakalanya mereka mengahadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau
hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah,
seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar,
belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik
terhadap pelajaran, guru maupun sekolah.
Profil
siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti
bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
1. Profil siswa
Siswa
yang mengikuti bimbingan belajar
|
Siswa
yang tidak mengikuti bimbingan belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Slameto, 2003:54)
- Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan,
dikerjakan, diusahakan dan sebagainya (Badudu dan Zain, 2001: 1088). Hasil ini
dapat dinyatakan dengan kuantitatif dan kualitatif. Hasil kuantitatif adalah
hasil yang dinyatakan dengan angka. Sedangkan hasil kualitatif adalah hasil
yang dinyatakan dengan kata-kata, seperti baik, cukup, sedang, kurang, dan
lain-lain.
Menurut Winkel (1984: 21). Prestasi adalah
bukti usaha yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990: 21)
Prestasi adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan
latihan.
Sedangkan yang dimaksud dengan berprestasi
adalah apabila anak mencapai hasil yang maksimal dari apa yang telah dilakukan
sebelumnya. Apabila kita hubungkan dengan kegiatan belajar anak dengan
pengertian tersebut diatas, maka prestasi merupakan kecakapan khusus dan nyata
yang dicapai secara maksimal sebagai hasil yang dicapai dari belajar.
Sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh siswa telah menguasai bahan materi yang telah diberikan, adalah salah
satunya lewat penilaian hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk raport,
dengan raport tersebut maka akan bisa diketahui tentang prestasi belajar yang
diraih oleh siswa.
Masalah prestasi belajar merupakan masalah
yang komplek, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor itu dapat berasal
dari anak itu sendiri (internal), misalnya bagaimana intelegensinya, minat,
bakat dan sebagainya. Maupun yang berasal dari luar diri anak (eksternal) yaitu
faktor yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu. Setiap
kegiatan sudah barang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya tentunya
faktor-faktor tersebut ada yang bersifat mendorong dan menghambat.
Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid sebagai hasil
belajarnya baik berupa angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil
belajar yang dicapai masing-masing anak dalam perilaku tertentu. (M. Buchori,
1983: 24).
Menurut
Anas Sudjiono (1986: 30). Prestasi belajar adalah merupakan tolak ukur
keberhasilan dari hasil aktivitas belajar yang telah dilakukan, meskipun
anggapan ini masih perlu dipertanyakan. Karena aktivitas belajar tidak dapat
dinilai dalam ranah kognitif, namun pada kenyataannya nilai (angka) yang diraih
sebagai simbol untuk mengukur sudah menjadi kesepakatan bersama dalam dunia
pendidikan yang ada.
Menurut
Hadari Nawawi (1981: 100) prestasi belajar diartikan sebagai keberhasilan murid
dalam mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah mata pelajaran tertentu. Dengan mengutip
pendapat Gagne yang mengungkapkan bahwa
prestasi belajar (educational echievement) terwujud berkat adanya
perubahan dalam kecakapan, tingkah laku,
ataupun pematangan yang dapat bertahan lama, beberapa waktu dan yang tidak
disebabkan oleh proses pertumbuhan tetapi oleh adanya suatu situasi proses
belajar. Perwujudanya berupa perbuatan variabel-variabel maupun tulisan,
keterampilan, keterampilan yang bersifat mekanikal dan pemecahan masalah yang
langsung dapat diukur atau dinilai dengan mengunakan tes-tes yang sudah
standar. Perubahan dalam hal kecakapan, tingkah laku, ataupun kemampuan itu
diukur dengan apa yang mungkin dan dapat diperbuat setelah melalui proses
belajar tersebut.
Aktivitas belajar dapat dikatakan berhasil
dengan baik apabila perubahan yang diharapkan tersebut tercapai pada waktu yang
ditentukan, sehingga evaluasi belajar merupakan keharusan untuk dilaksanakan
secara bertahap hingga akhir dari proses belajar itu dapat mengetahui taraf
keberhasilan siswa. Sehingga untuk mempermudah dalam mengistilahkan pengertian
identik dengan nilai belajar, yaitu suatu nilai yang diberikan guru pada
siswanya karena siswa melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah
diprogramkan dalam proses belajar-mengajar diadakan.
Sehingga untuk mempermudah dalam
mengistilahkan dengan “nilai belajar”, yaitu suatu nilai yang diberikan guru kepada
siswanya karena siswanya melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah
diprogramkan dalam proses belajar mengajar yang diadakan, nilai disini
dimaksudkan nilai raport siswa.
Berdasarkan pengertian diatas untuk
sementara dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran
keberhasilan peserta didik di dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi
belajar dapat diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes yang akan memberikan
informasi-informasi tentang apa yang dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik
dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila prestasi yang diperoleh
menunjukkan nilai yang tinggi atau sesuai dengan target yang dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran. Prestasi belajar dapat dilihat pada hasil evaluasi,
sedangkan evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat diperoleh gambaran tentang
pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor Biologis (jasmaniah) faktor
biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani
individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut.
a) Kondisi fisik yang normal.
Kondisi fisik yang
normal atau tidak memilki cacat sejak dalam kandungan sangat menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca-indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan
organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.
Sekolah-sekolah
umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang sekali menjadi masalah
atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena penerimaan murid disekolah
umum itu telah diseleksi sedemikian rupa, sehingga murid yang diterima umumnya
adalah mereka yang memiliki kondisi mental dan fisik yang normal.
b) Kondisi Kesehatan Fisik
Bagaimana kondisi
kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar seseorang. Namun demikian di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah makan
dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga
secukupnya, dan istirahat yang cukup.
2) Faktor Psikologis (rohaniah) Faktor
psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang
berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi
mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif
dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses
belajar. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Intelegensi
Intelegensi
atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh
dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam
proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang, Intelegensi itu
hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor.
Disekolah-sekolah
umum masalah kegagalan belajar yang disebabkan intelegensi yang rendah, tidak
banyak dijumpai kecuali jika seleksi penerimaan siswa disekolah tersebut tidak
dilakukan dengan baik. Masalah belajar yang lebih sering terjadi
disekolah-sekolah umum justru sebaliknya, yaitu tidak sedikit siswa yang
intelegensinya normal atau bahkan diatas rata-rata tetapi prestasi belajarnya
rendah. Jelas hal ini membuktikan bahwa seseorang yang intelegensinya tinggi
tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang
faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan,
kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar.
b)
Kemauan
kemauan dapat dikatakan
sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu,
dapat dikatakan kemauan merupakan pengerak utama yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagaimanapun baiknya proses belajar
yang dilakukan seseorang, hasilnya akan kurang memuaskan jika orang tersebut
tidak mempunyai kemauan yang keras. Hal ini disebabkan kemauan itu berpengaruh
langsung terhadap berbagai faktor lain, seperti daya konsentrasi, perhatian,
kerajinan, penemuan suatu metode belajar yang tepat, dan ketabahan dalam
menghadapi kesulitan belajar.
c)
Bakat
Bakat memang merupakan
salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam
suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa biasanya bakat itu bukan
menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
d) Daya Ingat
Daya ingat sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, karena sangat mudah dimengerti.
Tahap-tahap tentang proses mengingat yaitu melalui tahap:
1) Mencamkan (memasukkan) kesan
2) Menyimpan kesan
3) Memproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Karena itu, daya
ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan
mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian kesan disini adalah gambaran yang
tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita melakukan pengamatan.
Yang tergolong faktor eksternal yaitu:
1) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan
rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan
utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkungan
keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya
ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga,
tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi
keluarga yang cukup memadai, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian yang besar dari orang rua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya.
2) Faktor Lingkungan sekolah
Satu hal yang paling
mutlak harus ada disekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya
tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh dari pimpinan sekolah yang
bersangkutan, para guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan
cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan baik.
Kondisi lingkungan
sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adalah adanya guru
yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi
yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman
yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah.
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan atau
tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu,
misalnya kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingan tes, kursus
belajar tambahan yang menunjang keberhasilan belajar disekolah, sanggar
organisasi keagamaan.
Lingkungan atau
tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah
tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan
kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan
yang meransang kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya
yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi,
mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.
Untuk mengatasi
hal ini, kiranya peranan pendidikan dirumah dan disekolah harus lebih
ditingkatkan untuk mengimbangi pesatnya perkembangan lingkungan masyarakat itu
sendiri.
4) Faktor Waktu
Bahwa waktu
(kesempatan) memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang.
Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidak adanya
waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar.
Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar disatu sisi siswa dapat menggunakan
waktunya untuk belajar dengan baik dan disisi lain mereka juga dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat
pula untuk menyegarkan pikiran.
Adanya
keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau
rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar
yang maksimal, siswa juga tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang
berlebihan serta merugikan (Thursan Hakim, 2000: 11-21)
Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
Faktor-faktor stimulus belajar.
Stimulus belajar
disini yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau
perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta
suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor
stimulus belajar.
a) Panjangnya bahan pelajaran
b) Kesulitan bahan pelajaran
c) Berartinya bahan pelajaran
d) Berat ringanya tugas
e) Suasana lingkungan eksternal.
2) Faktor-faktor metode belajar.
Metode belajar
yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar.
Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang
berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal
berikut ini
a) Kegiatan berlatih atau praktik.
b) Overlearning dan drill.
c) Resitasi selama belajar.
d) pengenalan tentang hasil-hasil belajar.
e) Belajar dengan keseluruhan dan dengan
bagian-bagian.
f) Penggunaan modalitas indra.
g) Bimbingan dalam belajar.
h) Kondisi-kondisi insentif.
3) Faktor-faktor individual.
a) Kematangan.
b) Faktor usia kronologis.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin.
d) Pengalaman sebelumnya.
e) Kapasitas mental.
f) Kondisi kesehatan jasmani.
g) Kondisi kesehatan rohani.
h) Motivasi (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2004: 138-146).
c. Penilaian Terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu bentuk
pengakuan terhadap hasil belajar. Suatu hasil belajar dapat dikategorikan
memiliki prestasi jika hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gagne
dalam bukunya Nana Sudjana, (2005: 22) membagi lima macam hasil belajar, yaitu
invormasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
ketrampilan motoris. Konsep Gagne pada dasarnya sesuai dengan konsep taksonomi
Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Nana Sudjana (2005:23) menjelaskan bahwa hasil
belajar dalam ranah kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan hasil belajar paling awal yang
biasanya diterapkan dalam pembelajaran yang bersifat hafalan seperti rumus,
definisi, istilah, perundangan, dan lainnya. Setelah pengetahuan, tingkat
berikutnya adalah pemahaman yang terdiri dari pemahaman terjemahan arti
sebenarnya, pemahaman penafsiran dengan menghubungkan suatu pemahaman dengan
pemahaman sebelumnya, dan pemahaman ekstrapolasi yang berupa pemahaman terhadap
makna di balik pemahaman yang tampak. Tahapan kognitif aplikasi berupa
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus, yang dapat
berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Tahap aplikasi dapat diterapkan untuk
menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan gejala yang telah diketahui
sebelumnya. Tahap analisis merupakan tahap memilah suatu integritas menjadi
bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Dengan analisis diharapakan siswa
mempunyai pemahaman yang komprehensif dan terpadu sehingga mampu
mengaplikasikannya pada situasi baru yang kreatif. Pada tahap evaluasi siswa
telah mampu membuat suatu keputusan tentang nilai berdasarkan tujuan, gagasan,
metode dan lain-lain.
Belajar afektif berhubungan dengan sikap
dan nilai. Dalam masyarakat pada umumnya berkembang asumsi bahwa ranah afektif
tidak dapat diukur, namun beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi.
Nana Sudjana (2005, 30) mengkategorikan
lima jenis hasil belajar afektif, yaitu:
- Reciving
atau attending yang berupa kepekaan dalam menerima stimulan dari luar yang
berbentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
- Responding,
berupa reaksi yang diberikan terhadap stimulan dari luar seperti perasaan,
ketepatan reaksi, dan kepuasan dalam menjawab stimulan.
- Valuing
(penilaian) berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala dan
stimulus seperti penerimaan terhadap nilai atau kesepakatan terhadap nilai.
- Organisasi,
berupa pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi seperti konsep
tentang nilai maupun organisasi nilai.
- Karakteristik
nilai atau internalisasi nilai, yaitu perpaduan sistem nilai yang
mempengaruhi terhadap kepribadian dan perilakunya.
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk skill dan aktivitas siswa. Menurut Nana Sudjana (2005, 31) hasil belajar
psikomotorik merupakan tahap kelanjutan dari belajar afektif, sehingga
aktivitas yang muncul merupakan kelanjutan dari sikap (afektif) seperti segera
memasuki kelas saat guru datang, mencatat bahan pelajaran, membaca buku referensi,
latihan mengerjakan soal, mampu bergaul dan lain sebagainya.
Menurut Sumadi Suryabrata (1994: 17).
Tentang penilaian prestasi belajar di kelompokkan menjadi tiga adalah sebagai
berikut:
1) Dasar psikologis
Didalam tiap usaha
manusia pada umumnya selalu dibutuhkan penilaian terhadap usaha-usaha yang
telah dilakukan, yang berguna sebagai bahan orientasi untuk mengahadapi
usaha-usaha yang lebih jauh secara psikologis. Setiap orang selalu butuh
mengetahui sampai sejauh manakah dia berjalan menuju kepada tujuan yang ingin
atau yang harus dicapai.
2) Dasar didaktis
Mengenai
dasar ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a) Ditinjau dari segi anak didik, pengetahuan
akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh pada
pekerjaan artinya menyebabkan prestasi belajar yang selanjutnya itu lebih baik.
b) Dipandang dari segi guru, dengan menilai
hasil atau kemajuan murid-muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil
usaha muridnya saja. Tetapi sekaligus ia juga menilai hasil-hasil usaha
sendiri, dengan mengetahui hasil-hasil usaha muridnya itu guru menjadi tahu
seberapa jauh dan dalam hal mana dia berhasil serta dalam hal mana dia gagal.
3) Dasar administratif
Orang menilai
hasil pendidikan itu juga mempunyai dasar administratif, dengan adanya
penilaian yang rumusnya berwujud raport maka dapat dipenuhi berbagai kebutuhan
administratif. Dengan demikian penilaian merupakan bagian yang terpenting dari
proses belajar mengajar, penilaian itu bermanfaat bagi guru karena dapat
membantu menjawab masalah-masalah penting mengenai siswanya dalam prosedur
mengajarnya bahkan memberikan inti laporan tentang kemajuan murid-muridnya
terhadap orang tua mereka masing-masing.
BAB
III
PROSEDUR
PENELITIAN
A. DEFINISI
OPERASIONAL OBYEK (VARIABEL)
Bimbingan
belajar dalam penelitian ini adalah bimbingan belajar yang diikuti siswa di
luar jam pelajaran sekolah dan dilakukan bersama lembaga bimbingan belajar
independen. Dengan demikian bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru bidang
studi di sekolah tidak termasuk dalam kategori bimbingan belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini.
Adapun
prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan
kemampuan akademik siswa sebagai akibat dari keikutsertaan bimbingan belajar.
Dengan demikian prestasi belajar lain seperti organisasi, olah raga dan lain
sebagainya tidak termasuk dalam kategori prestasi yang dimaksud dalam
penelitian
Dalam penelitian “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa” ini terdapat dua macam variabel yaitu independent
variable (variabel bebas) dan dependen variable (variabel terikat).
1.
Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel
bebas (independent variable) ialah ubahan yang menjadi sebab berubahnya
atau timbulnya dependen variable. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah bimbingan belajar
2.
Variabel Terikat (Dependen Variable)
Variabel
terikat ialah ubahan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya
penjuru variabel bebas (Usman, 2003: 9). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa.
Dalam
penelitian ini terdapat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Hubungan antara dua variabel tersebut berupa hubungan
asimetris dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lain (Sofian Effendi,1989:
53). Hubungan asimetris yang terbentuk berupa hubungan antara stimulus dan
respons dalam bentuk bivariat (dua variabel). Hubungan asimetris dalam
penelitian ini terlihat dari variabel bebas (sebagai stimulus) yang berupa
bimbingan belajar yang mempenpengaruhi prestasi belajar siswa.
Hubungan variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan dalam diagram paradigma penelitian sebagai berikut:
|
|
P
Hubungan
Bivariat
Gambar
1. Diagram Variabel Penelitian
Menurut
Sofian Efendi (1989: 51) hubungan antara variabel bebas dan terikat, tidak
selalu merupakan hubungan yang kausal akan tetapi ditegaskan bahwa terdapat
variabel yang selain berhubungan tetapi variabel yang satu tidak saling
mempengaruhi yang lain.
Dalam suatu penelitian sangat
penting untuk memahami variabel, karena untuk memahami variabel dan kemampuan
menganalisa atau mengidentifikasi variabel. Setiap variabel menjadi yang lebih
kecil, merupakan syarat mutlak bagi setiap meneliti.
B. SUBYEK
PENELITIAN
Subjek
penelitian “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah” adalah siswa kelas VIII di SMP
Negeri 8 Yogyakarta. Dalam pengambilan data penelitian, terlebih dahulu
ditentukan subjek penelitian yang akan menjadi responden penelitian. Penentuan
responden penelitian didasarkan pada besarnya populasi dan teknik sampling yang
digunakan.
1.
Populasi
Populasi menurut Sofian Effendi dalam bukunya Suharsimi
Arikunto (2002: 108) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
ciri-cirinya akan diduga. Penelitian dikatakan sebagai penelitian populasi
apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian
dan melihat semua liku-liku yang ada dalam populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII
SMP Negeri 8 Yogyakarta. Jumlah siswa-siswi SMP Negeri 8 yang di data peneliti
berdasarkan keterangan dari bagian tata usaha (TU) yang berjumlah 1.135 orang.
Karena subyek penelitian lebih dari 100, maka hanya di ambil 10% dari jumlah
populasi yang ada untuk dijadikan sampel.
Dalam
penelitian ini terdapat batasan atau target populasi subjek penelitian yaitu
siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2007/2008. Subjek
penelitian diambil dari SMP Negeri 8 Yogyakarta berawal dari asumsi bahwa
hampir 80% siswa-siswi tersebut mengikuti bimbingan belajar baik di LBB maupun
Privat di rumah. Adapun daftar populasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1
|
VII
|
360
|
2
|
VIII
|
367
|
3
|
IX
|
408
|
Jumlah
|
1.135
|
Sumber:
TU SMP Negeri 8 yogyakarta
2.
Teknik Pengambilan Sampel
a.
Teknik Sampling
Metode
yang digunakan dalam menentukan sejumlah populasi yang mewakili sebagai
responden penelitian dikenal dengan istilah teknik sampling. Adapun teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Cluster Sampling
(sampel gugus sederhana). Teknik sampling ini terjadi jika populasi terdiri
dari beberapa kelompok dengan karakteristik yang hampir sama, sehingga salah
satu di antaranya dapat ditarik sebagai sampel (Gulo, 2002: 93). Pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil sejumlah gugus atau kelompok sebagai sampel dan
kemudian semua unsur penelitian dalam kelompok tersebut diteliti semua (Mantra
Ida Bagus, 2004: 119). Dengan demikian semua subjek dalam kelompok tersebut
dijadikan sebagai responden penelitian. Keuntungan penggunaan teknik sampling
ini adalah tidak perlunya daftar kerangka sampling dengan segala unsur-unsurnya.
b.
Ukuran Sampel
Ukuran
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal ini diterapkan
apabila peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi dan kemudian
bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian sampel
dilakukan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan
kesimpulan sampel sekaligus kesimpulan populasi.
Sekedar
menjadi acuan (patokan) apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik
semua subjek diambil sebagai sampel, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Namun, jika jumlah subjeknya lebih atau cukup besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan
penelitian baik dari segi waktu, tenaga, ataupun dana (Suharsimi Arikunto, 2006: 134). Besar
kecilnya kebutuhan sampel ditanggung sepenuhnya oleh peneliti. Semakin besar
sampel, maka hasil penelitian akan semakin baik. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil 3 kelas sebagai cluster untuk sampel penelitian, yaitu kelas
VIII-1,VIII-2, VIII-4. Berikut daftar distribusi sampel.
Tabel 3. Distribusi sampel
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1
|
VIII-1
|
36
|
2
|
VIII-2
|
36
|
3
|
VIII-3
|
38
|
4
|
VIII-4
|
36
|
5
|
VIII-5
|
36
|
6
|
VIII-6
|
37
|
7
|
VIII-7
|
38
|
8
|
VIII-8
|
37
|
9
|
VIII-9
|
37
|
10
|
VIII-10
|
36
|
Total
|
367
|
C. PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpukan data penelitiannya. Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas dalam mengumpukan data. Instrumen penelitian membantu pekerjaan
peneliti menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu:
1.
Metode Angket
Angket ialah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirimkan untuk diisi oleh responden (Burhan Bungin, 2005: 123) sesuai dengan
permintaan pengguna (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket yang digunakan
dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu angket yang disajikan
sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda pada tempat atau
kolom yang sesuai atau dengan kata lain responden tinggal memilih jawaban yang
telah disiapkan (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket merupakan salah satu
jenis data primer karena didapat langsung dari pihak pertama (Usman, 2003 : 73).
Angket disusun dengan menggunakan skala likert atau rating-scale
(skala bertingkat) sebagai alat ukur sikap responden terhadap pernyataan yang
diberikan. Kategori jawaban terdiri atas 4 alternatif jawaban, untuk analisis
secara kuantitatif, maka alternaltif jawaban diberi skor dari 1 sampai 4,
dengan rincian sebagai berikut:
4 :
Sangat Setuju atau sangat tinggi
3 : Setuju atau tinggi
2 : Tidak Setuju atau rendah
1 : Sangat Tidak Setuju atau rendah
sekali (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).
2. Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi merupakan suatu cara memperoleh data mengenai hal-hal tertentu
terutama peninggalan tertulis, arsip-arsip dan sebagaimana yang berkaitan
dengan subyek yang diteliti yaitu siswa-siswi SMP Negeri 8 Yogyakarta. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum tentang SMP Negeri 8
Yogyakarta secara terperinci dan metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari
data yang berkaitan dengan siswa yang menjadi subyek dalam penelitian dini,
apabila ada kekeliruan dengan data yang sudah diperoleh.
D.
Instrumen penelitian
1. kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen dalam penelitian menunjukan hubungan
antara variabel dengan data, metode, dan instrumen yang disusun. Kisi-kisi
instrument dibuat berdasarkan konsep teori yang mendukung penelitian yang
selanjutnya menjadi bahan yang akan dituangkan sebagai angket penelitian. Dalam
penelitian ini terdapat dua jenis kisi-kisi instrumen, yaitu instrumen bimbingan
belajar dan prestasi belajar. Adapun kisi kisi instrument bimbingan belajar
adalah sebagai berikut
Tabel 4. Kisi-kisi instrument bimbingan belajar
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Item
|
Bimbingan
Belajar
|
Fungsi
|
- Mencegah munculnya masalah
balajar
- Menyalurkan bakat dan minat
- Meningkatkan prestasi
belajar
|
1,2,3
4,5
7,8
|
Tujuan
|
-
Mengembangkan potensi
-
Mengembangkan ketrampilan belajar
-
Memahami lingkungan pendidikan
|
6,9
12,13,15
10,11,14
|
|
Manfaat
|
-
mengurangi kesulitan belajar
-
memperoleh kondisi belajar yang nyaman
|
16,17
18,19,20
|
Tabel
5. Kisi-kisi prestasi belajar
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Item
|
Prestasi Belajar
|
Kognitif
|
-
pengetahuan siswa
-
pemahaman terhadap materi
-
kemampuan menganalisis
-
kemampuan sintesis
-
kemampuan mengevaluasi
|
1,12,21
2,5
3,13
4,14
11,17
|
Afektif
|
-
peka terhadap kesulitan orang lain
-
kemampuan merespon stimulan
-
mengikuti nilai-nilai
|
6,10
7,8
9,14
|
|
Psikomotorik
|
-
keuletan mengadakan latihan
-
ketrampilan memecahkan masalah
|
15,16
18,19,20
|
2. Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas instrumen. Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 169). Uji
validitas dan realibilitas diperlukan dalam penelitian ilmiah yang merupakan
dasar untuk mempercayai bahwa instrumen tersebut benar-benar layak digunakan
dalam penelitian.
Analisa yang digunakan dalam uji validitas dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan korelasi produk moment sesuai dengan
pendapat Pearson (Suharsimi Arikunto, 2006: 170) pada setiap butir alat ukur
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dan kemudian dibantu
dengan SPSS guna pengelompokkan data. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
r x y = Angka
indeks korelasi “r” produk moment
N = Number
of cases
∑XY = Jumlah
hasil penelitian antara skor X dan skor Y
∑X = Jumlah
seluruh skor X
∑Y = Jumlah
seluruh skor Y. (Sudjiono, 2005 : 206)
3. Uji
Reliabilitas Instrumen
Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang
dipercaya juga. Instrumen dikatakan reliabel apabila suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Rumus yang digunakan dalam
mengukur reliabilitas adalah:
Keterangan:
rH = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya item
pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σ 2b =
Jumlah varians butir
σ 21 =
Varians total. (Suharsimi Arikunto, 2006: 196).
E.
Prosedur Analisis Data
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
statistik, yaitu regresi linier. Sebagai syarat suatu penelitian, maka sebelum
dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
linieritas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
merupakan distribusi normal atau tidak.
Adapun metode statistik untuk menguji normalitas dalam penelitian ini
adalah uji chi quadrat, dengan menggunakan rumus sebagai mana diungkapkan oleh
Suharsimi Arikunto (2002 : 29).
Keterangan
:
X2
= Chi quadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk garis lurus atau tidak.
Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan uji r dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan
:
Freg = Harga bilangan untuk garis regresi
RKreg = Rerata kudrat garis regresi
RKres = Rerata kuadrat garis residu. (Sutrisno Hadi,
1994 : 273).
F. Analisis Regresi Linier
Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat
variabel bebas terhadap variabel terikat, yang dalam penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Model ini juga
digunakan karena untuk melihat perbedaan besar kecilnya pengaruh variabel X
terhadap Variabel Y (Burhan Bungin, 2005: 222). Rumus yang digunakan adalah:
Y^= a + bX
Keterangan
Y^
: subjek variabel
terikat yang diproyeksikan
X
: variabel bebas yang mempunyai
nilai tertentu untuk diprediksikan
a : nilai konstansa harga Y jika X=0
b : nilai arah sebagai penentu prediksi
yang menunjukan nilai
peningkatan atau
penurunan.
G.
Uji Hipotesis
Tahap selanjutnya adalah
menlakukan uji hipotesisi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji f
pada taraf 5% dengan menggunakan analisis regresi sehingga akan ditemukan harga
f garis regresi yang selajutnya dapat diuji taraf signifikansi harga f tersebut.
Rumus yang digunakan jika telah diketahui adanya korelasi antara
predictor-prediktornya adalah.
F res = R2 (N-M-1)
m (1-R2)
Keterangan
Freg :
arah F garis regresi
N : jumlah kasus
m : jumlah predictor
R : koefesien
korelasi antara kriterium dengan predictor-prediktornya
derajat kebebasan atau db untuk meguji harga f itu adalah kebalikan dari N-M-1.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Gambaran
Umum Sekolah
1. Visi dan Misi SMP Negeri 8
Yogyakarta
VISI
Mewujudkan sekolah sebagai pusat pendidikan untuk membentuk
manusia yang religius, rasional, reflektif, teknologis, prospektif, responsif,
dan komunikatif.
MISI
Mendidik
siswa sehingga:
a.
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mampu berfikir dan bertindak rasional.
c.
Reflektif terhadap perkembangan perubahan zaman.
d.
Mampu menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
e.
Memiliki prospektif masa depan yang cerah dan mantap.
f.
Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan dan
perkembangan zaman.
g.
Komunikatif terhadap lingkungan hidupnya.
1.
Sudarmi, MPd
2.
Supriyono, Amd
3.
H. Ngadiran, S.Ag
4.
S. Surya Maramika, Amd
5.
Kitri Sukamti, S.Pd
6.
Th. Parwati, SP.d
7.
Dra. Dwi Rusmiyati
8.
Dra. Suwarni
9.
Ambar Suwarsi, SPd
10. Dra.
kaeksi
|
URS. KURIKULUM
I
|
Waluyo, SPd.
|
URS.
KURIKULUM II
|
Samidi, SPd.
|
URS. KURIKULUM III
|
Sriyani Indriastuti, SPd.
|
WALI KELAS
VII
|
|
1.
Iriyanti, S.Pd
2.
Rahayu W. S.Pd
3.
Endang Susilowati, S.Pd
4.
Ibnu Agus T.S.Pd
5.
Sunarti , S.Pd
6.
Bambang Guntoro, S.Pd
7.
Dra. Siti Cholifah Z
8.
Innayatus Sholikhah, S.Pd
9.
Sugiyana, S.Pd
10. Sudaryanto,
S.Pd
|
2. Struktur Organisasi SMP
Negeri 8 Yogyakarta
KEPALA SEKOLAH
|
||
Drs H. Mas’udi Asy, MPd.I
|
||
WAKIL KEPALA SEKOLAH
|
Nugroho Yulianto
|
WALI KELAS
IX
|
WALI KELAS
VIII
|
Gambar 2. Struktur
Organisasi SMP N 8 Yogyakarta
3. Fasilitas
Sekolah
a.
Laboratorium Fisika (Ruangan ber AC)
b.
Laboratorium Biologi
c.
Laboratorium Komputer (Ruangan ber AC)
d.
Laboratorium Bahasa (Ruangan ber AC)
e.
Laboratorium Matematika
f.
Ruang Keterampilan
g.
Ruang AVA
h.
Masjid Sekolah
i.
Ruang Musik.
B. Deskripsi
Data
Populasi
dalam penelitian ini adalah 1.135 siswa SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Sedangkan sampel dari penelitian ini ada 100 siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Penelitian ini melibatkan dua variabel yang terdiri dari satu
variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa dan satu variabel bebas yaitu
bimbingan belajar siswa. Berikut ini akan diuraikan deskripsi data dari masing-masing
variabel penelitian.
Merujuk
pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) yang menyebutkan bahwa apabila
subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik semua subyek diambil sebagai sampel,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah
subyeknya lebih atau cukup besar diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
tergantung pada kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, ataupun dana.
Besar kecilnya kebutuhan sampel ditanggung sepenuhnya oleh peneliti. Semakin
besar sampel, maka hasil penelitian akan semakin baik. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil 3 kelas sebagai cluster untuk sampel penelitian, yaitu kelas VIII-1,
VIII-2, dan VIII-4.
Pada
awal penelitian angket yang dibuat adalah untuk 108 responden, akan tetapi
angket yang disebar hanya 100 dikarenakan beberapa siswa tidak masuk
kelas, Maka dengan itu peneliti hanya
mengolah data sebanyak 100 angket dari 100 responden.
- Bimbingan Belajar Siswa
Data skor bimbingan belajar siswa diperoleh dari angket yang
diberikan kepada siswa, dari angket diperoleh data skor terendah 37 dan
tertinggi 71. Distribusi frekuensi skor bimbingan belajar siswa disajikan pada
tabel sebagai berikut:
Tabel
6.Distribusi Frekuensi Bimbingan
Belajar Siswa
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan
diperoleh rata-rata sebesar 54.61, median sebesar 54.98, modus sebesar 54.00,
dan simpangan baku sebesar 6.19. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval
nomer 4 dengan rentang skor 51.5-56.5 yaitu sebanyak 33 siswa atau 33%.
Adapun sebaran pada masing-masing kelas
interval dapat diamati melalui histogram di bawah ini.:
Gambar 3. Histogram Bimbingan Belajar Siswa (X)
Untuk
menafsir skor yang telah diperoleh, skor bimbingan belajar siswa dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut:
:
Kriteria rendah
: Kriteria
sedang
:
Kriteria tinggi
Dengan : skor rata-rata
: skor bimbingan belajar siswa
: simpangan baku.
Tabel 7
Pengelompokan Skor Bimbingan Balajar
Skor Bimbingan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
Kriteria
|
< 48.42
48.42 ≤ ≤ 60.8
> 60.8
|
26
60
14
|
Rendah
Sedang
Tinggi
|
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 ikut aktif
bimbingan belajar termasuk pada kategori sedang.
- Prestasi Belajar
Data skor prestasi belajar siswa diperoleh dari tes prestasi
atau ulangan yang diberikan kepada siswa, dari tes prestasi diperoleh data skor
terendah 25 dan tertinggi 67. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar siswa
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi
Nilai Prestasi Belajar Siswa
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan
diperoleh rata-rata sebesar 51.96, median sebesar 52.10, modus sebesar 49.00
dan simpangan baku sebesar 7.57. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval
nomer 4 dengan rentang skor 45.5-52.5 yaitu sebanyak 35 siswa atau 35%.
Adapun sebaran pada masing-masing kelas
interval dapat diamati melalui histogram di bawah ini.:
Gambar 4. Histogram Prestasi Belajar Siswa (Y)
Untuk menafsir skor yang telah diperoleh, skor bimbingan
belajar siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi
dengan kriteria sebagai berikut:
:
Kriteria rendah
: Kriteria
sedang
:
Kriteria tinggi
Dengan : skor rata-rata
: skor bimbingan belajar siswa
: simpangan baku
Tabel 9
Pengelompokan Skor Prestasi Belajar
Skor Bimbingan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
Kriteria
|
< 44.39
44.39 ≤ ≤ 59.53
> 59.53
|
4
73
23
|
Rendah
Sedang
Tinggi
|
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa prestasi belajar
sebagian besar siswa kelas VIII SMP
Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
berada pada tingkat sedang.
Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi product
moment pada variabel bimbingan belajar dan prestasi belajar menunjukkan
bahwa soal-soal pada variabel prestasi belajar siswa dan bimbingan belajar
merupakan soal yang valid hal ini ditunjukkan dengan nilai rhitung > rtabel (0.195).
sedangkan hasil uji reliabilitas pada
kedua variabel dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh rhitung
> rtabel (0.195) sehingga dapat disimpulkanbahwa intrumen pada
kedua variabel baik prestasi belajar maupun bimbingan belajar merupakan
instrumen yang andal atau reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
C.
Uji Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis harus dipenuhi sebelum
menguji hipotesis. Dalam penelitian ini meliputi: uji normalitas dan uji linearitas.
1.
Uji Normalitas
a)
Uji Normalitas untuk variabel X (Bimbingan Belajar)
Untuk mengetahui apakah variabel X berdistribusi
normal atau tidak maka perlu diuji menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Dengan
kriteria keputusan jika maka sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil
perhitungan diperoleh = 16.425 dan = 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%. Karena maka sebaran data
variabel X berdistribusi normal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas Bimbingan Belajar
Uji
Normalitas
|
|
|
Keputusan
|
Bimbingan
belajar
|
16.425
|
16.919
|
Berdistribusi
normal
|
b)
Uji Normalitas untuk variabel Y (Prestasi belajar)
Untuk mengetahui apakah variabel Y berdistribusi normal
atau tidak maka perlu diuji menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Dengan
kriteria keputusan jika maka sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil
perhitungan diperoleh = 3.380 dan 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%..
Karena maka sebaran data variabel Y berdistribusi normal. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
Hasil
Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa
Uji
Normalitas
|
|
|
Keputusan
|
Prestasi
Belajar
|
3.380
|
16.919
|
Berdistribusi
normal
|
2.
Uji linearitas antara X dan Y
Untuk menguji apakah korelasi antara X dan Y berpola linear atau tidak, maka perlu diuji
menggunakan uji F dengan kriteria keputusan jika maka korelasi kedua
variabel tersebut berpola linear.
Tabel 12
Hasil
Uji Linearitas antara Variabel X dan Y
Uji
linearitas
|
|
|
Keputusan
|
Antara X dan Y
|
0.173
|
3.44
|
Berpola
Linear
|
D.
Uji Hipotesis
Uji
hipotesis dilakukan dengan analisis regresi. Dalam penelitian ini diajukan
hipotesis yaitu:
: tidak ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap
prestasi belajar siswa
: ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap prestasi
belajar siswa
Uji
t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen, masing-masing sebagai berikut :
1.
Hipotesis
Ho :
b = 0 bahwa variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
H0 :
b ≠ 0 bahwa variabel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen
2.
Menentukan nilai kritis
Dimana α = 0,05 tingkat kepercayaan 95% dan
degree of freedom sebesar n – 1 – k,
sehingga daerah kritis ditentukan sebagai sebagai berikut:
t tabel = t (½ α ; n – 1- k)
= t (0,05 ; 100 –1 –2)
= t (0,05; 97)
Maka
diperoleh nilai t tabel sebesar 1.6612
3. Menentukan nilai t test
Berdasarkan penggunaan taraf signifikan 5 % dengan df =
97, maka didapat t tabel sebesar ± 1.6612 sedangkan dari hasil olah data komputer didapat
t hitung sebesar 7.998.
4. Kriteria Pengujian
H0
diterima apabila : -t (0.025;95) £ t hitung £ t
(0.025;95) atau tingkat probabilitas > 5%
H0
ditolak apabila : t hitung <
-t (0.025;95) atau t hitung > t
(0.025;95) tingkat probabilitas < 5%
5. Keputusan.
Karena t hitung (7.998) > t tabel (1.6612) maka Ho
ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar
dengan prestasi belajar.
Dengan analisis korelasi parsial dan uji t diperoleh
koefisien korelasi X dan Y sebesar 0,628 dan harga sebesar 7.998.
Sedangkan pada taraf
signifikansi 5% yaitu sebesar 1,6612. Ternyata > sehingga ditolak dan diterima atau pengaruh
yang signifikan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar, artinya bahwa
dengan adanya pembelajaran tambahan dengan dibimbing oleh pengajar diluar
sekolah maka akan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
E. Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil uji normalitas diperoleh harga
Chi-kuadrat untuk bimbingan belajar χ2
= 16.425 dan untuk prestasi belajar siswa
χ2 = 3.380 sedangkan
= 16.919 pada db = 9 dan taraf signifikansi 5%. Dari hasil
perhitungan maka ke dua variabel tersebut berdistribusi normal karena chi
kuadrat (χ2)hitung < χ2tabel.
Hasil perhitungan uji lineritas diperoleh Fhitung
untuk bimbingan belajar (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) sebesar = 0.173
sedangkan Ftabel = 3.44 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
bentuk garis regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah berpola
linier.
Tujuan
dari pembahasan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara
bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa dan seberapa besar pengaruh
bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa. Pada bagian ini disajikan
pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian yang dianalisis secara
korelasi. Penelitian ini menemukan bahwa:
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
belajar dengan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari hubungan fungsional antara bimbingan belajar (X)
dengan prestasi belajar siswa (Y) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 dalam bentuk persamaan regresi
linear yaitu Y = 27.892 + 0.514X dengan koefisien korelasi sebesar 0,628
pada taraf signifikansi 5% koefisien arah regresi sebesar 0.514 Artinya setiap
kenaikan satu unit X mengakibatkan 0.514 kenaikan Y. Dengan kata lain semakin
sering siswa mengikuti bimbingan belajar maka maka semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa.
2.
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.395,
hal ini berarti bahwa 39.5% prestasi belajar dipengaruhi oleh bimbingan belajar
dan sisanya sebesar 60.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih
lanjut dengan melibatkan beberapa ubahan lain yang diduga mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
Dengan
hasil dari penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar
diluar sekolah yang dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan, maka dapat
diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
belajar dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
yang ditunjukkan dengan hasil korelasi parsial sebesar 0.628 pada taraf
signifikansi 5%. Jadi dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor bimbingan belajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa sebesar 39,5%,
sedangkan 60,5% adalah faktor lain selain bimbingan belajar
2.
Besarnya
pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi siswa di sekolah adalah
39.5% yang ditunjukkan dengan hasil nilai koefisien determinasi.
B. Saran
Dari
hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Bagi siswa,
hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar dengan cara
lebih aktif dalam belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2.
Bagi Guru, hendaknya lebih memahami kondisi siswa yang
mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga guru harus tepat dalam
menentukan metode mengajar apa yang tepat untuk digunakan mengajar.
3.
Pihak sekolah diharapkan untuk meningkatkan kualitas
dari segi siswa dengan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan sarana dan
prasarana pembelajaran yang mendukung.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih memantapkan
hasil penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan populasi
yang lebih luas dan melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi
pestasi belajar serta dengan menggunakan metode pengumpulan data lainnya,
misalnya metode wawancara sehingga akan diperoleh data yang lebih kompleks.
5.
Bagi Lembaga Bimbingan Belajar supaya dalam memberikan
tambahan pelajaran lebih menyesuaikan dengan kondisi pelajaran disekolah supaya
siswa yang mengikuti bimbingan belajar semakin giat dalam belajar. Bimbingan
belajarjuga merupakan salah satu sarana agar siswa dapat lebih termotivasi
dalam belajar, sehingga siswa akan dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Mahmu. 2002. Psikologi Kepribadian. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Abu Ahmadi.
1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Pskologi Belajar (edisi revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Anas Sudjiono. 1986. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: UD Rama.
Badudu
dan Zain Sutan Mohammad. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Burhan Bungin.
2005. Metodelogi penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana
Dewa
Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Dyah
Rahmah Sukmasari. 2005. Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar
Siswa MTs Muhammadiyah Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. [Skripsi]
Yogyakarta: FIAI UII.
Gulo,W. 2002. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadari
Nawawi. 1981. Pengaruh Hubungan Manusiawi Murid Terhadap Prestasi Belajar di
SD. analisis pendidikan vol 1.
Mantra
Ida Bagus. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Minhatul
Izzah. 2004. Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Percaya Diri Siswa di MTs N
Sleman Yogyakarta. [Skripsi] Yogyakarta: FIAI UII.
Muhammad
Buchori. 1983. Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung:
Jemmars.
Muhibbin Syah.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono
Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muzhoffar Akhwan, dkk. 2002. Pedoman
Penulisan Skripsi. Yogyakarta: FIAI UII
Nana
Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1982. Didaktis
Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Nur’ainun
Siregar. 2006. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Prestasi Belajar Siswa
di SMA Negeri 6 Yogyakarta. [Skripsi] Yogyakarta: FIAI UII.
Oemar
Hamalik. 1990. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sofian Effendi. 1989. Metode
Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
----------2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumadi
Suryabrata.1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sutrisno
Hadi.1994. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Syaiful Bahri
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Bineka Cipta.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thursan Hakim. 2000. Belajar Secara Efektif.
Jakarta: Puspa Swara.
Usman H. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Wingkel
WS, 1984, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.
Syamsir Alam. 2006. Instrumen Ujian Nasional sebagai
Penentu kelulusan Berpotensi Merugikan Siswa. www.kompas.com/kompacetak/0506/27.
Bimbingan
Belajar Simbol Ketidakpercayaan terhadap Sekolah, 31 juli 2006, www.primagama.co.id/profile/profilekini.php
Deni Setiawan. 2006. Penanganan Belajar Siswa. www.sd-binatalenta.com/images.
Soelastri.
2002. Menjelang Ujian Masuk PTN Perlukah Ikut Bimbingan Belajar. www.kompas.com/kompas-cetak/0206/19/dikbud/menj08.htm